Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Studi Karakter: Eren Yeager, Kebebasan atau Kegilaan?

30 Mei 2022   14:31 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:52 12499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: dailysia.com

Meskipun Eren selalu berbicara tentang membasmi titan dengan penuh keyakinan, semua itu tersebulung oleh kecemasan yang mendalam. Ia sering menyalahkan dirinya sendiri akan setiap tindakan yang ia ambil serta gagal diambil sebagai sebab dari nasib buruk yang menimpa teman-temannya. 

Hal tersebut semakin parah ketika ia mencium tangan historia dan masa depan ditunjukan padanya. Kehancuran total adalah apa yang ia lihat dari masa depan bangsa Eldia.

Pada tahap terakhir perumpamaan gua, manusia yang telah beradaptasi dengan cahaya matahari akhirnya mampu melihat dunia seutuhnya. Ia mengetahui bahwa bayangan bukanlah sumber dari suara yang ia dengar. Rerumputan hijau, binatang hutan serta pepohonan tinggi menjadi hal yang familiar dimatanya. Namun apa yang harus ia lakukan terhadap kebenaran tersebut? 

Manusia tersebut akan kembali kedalam gua lalu memberitahu teman-temannya untuk keluar bersama dengan dia. Ketika ia masuk kembali, matanya yang telah terbuka oleh cahaya matahari tidak mampu beradaptasi dengan kegelapan gua. Bagi penghuni gua, kebutaan tersebut menjadi alasan bahwa mereka tidak boleh meninggalkan gua dan bila perlu, menghabisi siapa saja yang mencoba menarik mereka dari dalam gua.

Eren yang dihadapkan pada kebenaran mutlak akan nasib teman-teman serta bangsanya, merasa sendirian akan keputusan yang harus ia ambil. Ia memiliki kecenderungan untuk melihat dunia secara hitam-putih, dimana individu yang menyangkal kebebasan orang lain hanyalah sampah tidak berguna yang tidak layak dibiarkan hidup. 

Eren memiliki sedikit sekali rasa empati dan mengilhami segala sesuatu secara sepihak, mengevaluasi situasi serta ide berdasarkan perspektif pribadinya sendiri tanpa berfikir lebih dalam mengenai orang lain yang tidak sejalan dengan dirinya. Pandangan Us vs Them tersebut mempersempit opsi lain yang dapat digunakan untuk mencapai perdamaian tanpa pembasmian masyarakat dunia. 

Eren juga mempercayai bahwa tujuan yang benar membutuhkan cara yang terkadang tidak etis. Ia siap dan bersedia melakukan metode tersebut ketika dirinya menyatakan perang dengan negara Marley. Ia memanfaatkan kepercayaan Falco, bocah berumur 12 tahun yang berakibat pada kematian banyak sekali warga sipil (serta anak-anak) dalam penyerangan mendadak terhadap Willy Tybur.

Bagi teman-teman yang telah membaca tulisan saya sebelumnya mengenai Uchiha Itachi (Baca di sini), pasti sudah mengetahui pendapat saya bahwa tujuan tidak dapat menjustifikasi metode yang digunakan. Eren Yeager tidak berhak atas nyawa orang lain. Kebebasan bangsanya tidak menjadi alasan untuk menjalankan genosida keji yang ia lakukan melalui "The Rumbling". Pendapat tersebut sepertinya juga ditunjukan oleh sang penulis Attack on Titan sendiri, Hajime Isayama.

Ketika Mikasa membunuh Eren dan menghentikan "The Rumbling", penduduk dunia yang tersisa melakukan persiapan untuk melakukan serangan balik terhadap pulau Paradis dalam upaya balas dendam. 

Rencana Eren untuk membuat Armin, Mikasa serta teman-temannya sebagai pahlawan dunia juga tidak membuahkan hasil. Pada Chapter terakhir Attack on Titan, terdapat panel tambahan yang sengaja Isayama tambahkan karena ketidakpuasannya terhadap akhir cerita. 

Ketika Mikasa yang telah menua mengunjungi makam kekasihnya ratusan pesawat tempur terlihat membombardir pulau Paradis dan kehancuran yang selalu ingin Eren cegah justru terlaksana sebab dendam penduduk dunia yang tersisa tidak dapat sirna dengan mudah. Pengorbanan Eren mencapai kebebasan bagi bangsa Eldia menjadi sia-sia sebab kebencian tidak dapat dimusnahkan dengan kebencian pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun