Mohon tunggu...
Aris Yeimo
Aris Yeimo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumnus STFT Fajar Timur Abepura - Jayapura

Mengembara dan berkelana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konsep Keadilan Menurut Fratelli Tutti

10 Desember 2024   00:32 Diperbarui: 10 Desember 2024   00:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Atas alasan ini, adalah sesuatu yang mulia menempatkan harapan kita pada kekuatan tersembunyi dari benih-benih kebaikan yang telah kita sebarkan, dan dengan demikian memulai proses yang buahnya akan dipetik oleh orang lain. Politik yang baik menggabungkan kasih dengan harapan serta dengan kepercayaan akan kebaikan yang tersimpan dalam hati umat manusia. Memang, 'kehidupan politik yang otentik, yang dibangun atas penghormatan akan hukum dan dialog jujur antara individu, terus-menerus diperbaharui di mana pun ada kesadaran bahwa setiap pria dan wanita, dan setiap generasi baru, memberikan janji daya relasional, intelektual, kultural serta spiritual yang baru" (FT. 196).

Kedua, politik harus mengedepankan kasih politik. Paus Fransiskus menekankan upaya konkrit untuk memperhatikan sesama dengan sebisa mungkin menyediakan makanan dan perkerjaan bagi mereka yang membutuhkan.

"Ini adalah tindakan kasih akan sesama untuk membantu seseorang yang menderita, namun juga suatu tindakan belaskasihan, walaupun kita tidak mengenal orang itu, bekerja bagi perubahan kondisi sosial yang menyebabkan penderitaannya. Kalau seseorang membantu orang yang sudah tua menyeberangi sungai, itu suatu tindakan kasih akan sesama yang baik. Para politisi, di sisi lain, membangun jembatan, dan itu pun suatu tindakan kasih akan sesama. Sementara seseorang dapat membantu yang lain dengan menyediakan sesuatu untuk dimakan, politisi menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang tersebut, dan dengan demikian mewujudkan bentuk belaskasihan yang luhur, yang membuat aktivitas politisnya menjadi lebih baik" (FT. 186).

Ketiga, politik harus berbuah dan mencapai hasil. Paus Fransiskus mengartikan hasil yang diperoleh dari tindakan politis kita adalah ketika tindakan itu berhasil menghantar kita pada pengingkaran sikap angkuh, sombong dan mementingkan diri sendiri.

"Semua ini dapat membantu kita untuk menyadari bahwa apa yang penting bukanlah terus-menerus mendapatkan hasil yang luar biasa, sebab hal itu tidak selalu mungkin. Dalam aktivitas politik, kita perlu mengingat bahwa 'seperti apapun penampilannya, setiap orang sangatlah suci dan pantas menerima cinta kita. Konsekuensinya, kalau saya dapat membantu paling tidak satu orang untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, itu sudah membenarkan persembahan hidup saya. Sungguh mengagumkan menjadi umat Allah yang setia. Kita mencapai kepenuhan kalau kita meruntuhkan tembok-tembok serta hati kita dipenuhi dengan berbagai wajah serta nama!' Tujuan utama mimpimimpi dan rencana-rencana kita mungkin hanya akan tercapai sebagian. Namun di luar ini semua, mereka yang mencintai, dan tidak lagi memandang politik sekadar sebagai suatu hasrat akan kekuasaan, 'semoga yakin bahwa tak satupun tindakan kasih kita akan hilang, demikian juga setiap tindakan kepedulian tulus kita akan sesama. Tidak ada satupun tindakan kasih akan Allah akan hilang, tak ada upaya kemurahan hati yang tanpa makna, tak ada kesabaran menyakitkan akan sia-sia. Semua itu mengitari dunia kita seperti suatu kekuatan yang vital" (FT.195).

Penghormatan Terhadap Martabat Manusia

Paus Fransiskus menyesali dunia yang menurutnya sedang menunjukkan benih-benih degradasi moral yang semakin hari semakin subur. Ia menilai bahwa sebagian individu atau kelompok yang merasa memiliki power kurang tertarik lagi memperhatiakan bagian dari eksistensi manusia, yaitu martabat dan hak asasi.

"Bagian-bagian tertentu umat manusia tampaknya dapat dikorbankan untuk kepentingan sekelompok orang pilihan yang dianggap layak untuk hidup tanpa batas. Akhirnya, "pribadi manusia tidak lagi dirasa sebagai nilai utama yang perlu dihormati dan dilindungi, terutama jika mereka miskin atau difabel, jika mereka "belum berguna" --seperti mereka yang belum lahir-- atau "tidak lagi berguna" --seperti orang lansia. Kita tidak lagi peka terhadap segala jenis buangan, mulai dari buanganmakanan, yang termasuk di antara yang paling patut dicela" (FT. 18).

Karena itu ia menganjurkan agar penghormatan setinggi-tingginya terhadap martabat dan hak asasi manusia mesti dijunjung tinggi.

Rasa hormat atas hak-hak ini "merupakan prasyarat bagi pembangunan masyarakat dan ekonomi sebuah negara. Ketika martabat manusia dihormati dan hak-haknya diakui dan dijamin, kreativitas dan kemampuan berinovasi juga tumbuh subur dan kepribadian manusia dapat menyebarkan banyak inisiatif demi kebaikan bersama" (FT. 22)

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun