Mohon tunggu...
Aris Yeimo
Aris Yeimo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumnus STFT Fajar Timur Abepura - Jayapura

Mengembara dan berkelana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Secara Sederhana Teks Menurut Paul Ricoeur

18 Maret 2024   00:22 Diperbarui: 18 Maret 2024   00:34 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada artikel ini saya ingin menafsirkan dan membahasakan secara sederhana apa itu teks dalam pandangan hermaneutika Paul Ricoeur.

Dalam konsep hermeneutikanya Paul Ricoeur mengulas peran teks secara lebih mendalam dan luas dengan tujuan melahirkan informasi kepada manusia tentang kebenaran di dalam realitas. Pengertian teks di dalam pemikiran Ricoeur dipandang bukan hanya sekedar susunan kata, kalimat atau bahasa melainkan juga suatu peristiwa.

Teks menghidangkan suatu peristiwa yang berangkat dari realitas. Teks memiliki banyak makna yang mendorong manusia menemukan kebenaran di dalam realitas. Bagi Paul Ricoeur, teks pada titik tertentu terlepas dari maksud psikologis si penulis dan tidak hanya tertuju pada objek tertentu dalam ruang dan waktu.

Teks adalah peristiwa itu sendiri. Artinya, teks harus diajukan pada tingkatan berpikir yang paradigmatik sebagai suatu konsep peristiwa. Manurut Ricoeur, ini merupakan tahap pertama dari pemahaman tentang teks. Pengertian ini menjadikan teks sebagai suatu diskursus yang menawarkan suatu kebenaran. Diskursus ini berperan melahirkan kebenaran bagi individu untuk mengerti kebenaran di dalam realitas.

Teks yang tidak hanya berupa bahasa melainkan juga peristiwa bisa dicontohkan dengan beredarnya informasi pada platform media online Jubi.id pada tanggal 5 Oktober 2023 yang menyajikan kasus penggelapan anggaran Peningkatan Kapasitas Lembaga DPRD Paniai Tahun Anggaran 2018 oleh sebagian oknum pejabat negara. Teks dalam media massa itu tentunya berlandaskan pada peristiwa yang benar-benar terjadi. Teks tersebut ditulis bukan hanya sebagai suatu bahasa yang dirangkai secara bagus dalam bentuk kata-kata semata tetapi juga sebagai peristiwa yang memberikan informasi kepada individu. Makna yang bisa diambil yaitu mengenai peringatan agar berhati-hati dalam menggunakan kuasa dan bisa juga menjadi himbauan bagi masyarakat agar tidak mudah percaya pada janji para pejabat negara.

Pada tahap kedua, teks dipandang sebagai sesuatu yang memiliki dunianya sendiri yang menyajikan kebenaran kepada siapapun yang membacanya. Pemahaman teks sebagai suatu yang tak terbatas ingin melukiskan kepiawaian teks dalam menjamah setiap individu untuk mengerti tentang kebenaran di dalam realitas.

Ricoeur memandang teks sebagai sesuatu yang memiliki otonominya sendiri. Meskipun teks dibuat oleh seorang penulis, tetapi teks berbeda sekali dengan penulis yang membuatnya. Teks memiliki dunianya sendiri dan terlepas dari maksud si penulis. Pada titik ini, Ricoeur ingin mengatakan adanya jarak antara teks dan penulis.

Teks memiliki hakikat eksistensial yang terarah untuk menyampaikan informasi atau pesan tertentu kepada seseorang. Dapat dipahami di sini bahwa untuk memahami hermeneutik tidak hanya didasarkan sebatas pada kritik gramatikal tetapi juga pada konsep filosofisnya dan pengaruhnya dalam membentuk paradigma berpikir yang lebih luas. Bisa diakui dalam beberapa penjelasan tentang hermeneutik Ricoeur juga mengadopsi pemikiran Gadammer sekaligus menyangkalnya. Penyangkalan itu terletak pada titik tolak teks yang dianut oleh Ricoeur.

Pemahaman Ricoeur tentang teks yang berbeda sama sekali dengan penulis bisa dicontohkan dengan pemahaman teks Kitab Suci Matius 5:39 dari setiap individu yang menerimanya. Dalam teks Matius 5:39 tertera ungkapan "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Ungkapan di dalam teks ini bisa dimengerti sebagai informasi mengenai pentingnya sikap mengasihi dan mengampuni, tetapi bisa juga dimengerti bahwa itu merupakan kebodohan sebab bagaimana mungkin orang memberikan pipi kirinya secara rela ketika ia sudah ditampar pipi kanannya.

Secara refleksi biblis-teologis, ungkapan "Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu" di dalam teks di atas merupakan penggambaran dari manusia yang mengampuni dan tidak mendendam atau mengasihi musuhnya yang berbuat jahat kepadanya. Tetapi di dalam aktualisasinya, ada pula individu yang menganggap pengampunan dan sikap pasrah kepada musuh itu suatu kekonyolan.

Penjelasan di atas hendak menegaskan betapa teks memiliki otonominya sendiri daripada penulis yang menciptakannya. Teks mengungkapkan ketidakterbatasannya kepada individu dengan caranya. Hal itu yang membuat setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda akan kebenaran di dalam teks. Hanya melalui pemahaman yang holistik, komprehensif dan otentik dari suatu teks, paling kurang mampu menghantar kita memahami realitas dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun