Konsekuensinya, kebebasan hanya bisa dimaknai oleh manusia saat mengalami ketidak-bebasan.
Isi filsafat kebebasan Camus adalah upaya menihilkan keadaan fundamental manusia. Ia menilai bahwa manusia sebetulnya disiksa oleh konstruksi penjara kebebasan.
Untuk mengembalikan kemerdekaan atas jalan pikiran fundamental yang unitas, manusia harus mengalami keadaan tidak bebas (Martin, 2003:40).Â
Melalui pengalaman tersebut manusia akan membangun cita-cita dan kerinduannya akan kebebasan.
Camus menganggap bahwa kehidupan dunia sebetulnya sangat totaliter dan represif dan penuh dengan teori fundamentalis yang menyebabkan manusia mengalami surplus moral namun defisit kebebasan (Veeger, 1988:61).Â
Hal ini nampak dalam penjajahan kapitalis Perancis kepada kaum buruh di mana para buruh dipaksakan berpikir dalam suatu konstruksi pemikiran yang unitaris tanpa boleh memiliki jalan pikiran lain.
Selain itu, Camus menambahkan bahwa kebebasan harus dilihat dari relasi yang paling individual, yaitu cara setiap manusia menikmati eksistensinya. Kebebasan "yang diatur" belum cukup untuk mengenali pengalaman eksistensial setiap individu.Â
Pada tataran ini, Camus berusaha menghantar manusia keluar dari apa yang disebutnya sebagai doktrinasi teori fundamentalis sebab, baginya, kebebasan merupakan udara yang tanpanya manusia tidak bisa bernafas (Martono, 1998:138) Â
Krisis Kebebasan
Koleganya, Jean Paul Sartre, percaya bahwa manusia itu bebas. Ia mengatakan, "manusia dikutuk untuk bebas" (Martono, 1998:49).
Pandangan ini mengartikan tidak adanya batasan bagi seseorang dalam kebebasan. Melalui kebebasan manusia dapat menyatakan eksistensinya. Bahkan, ketika manusia mencoba untuk menolak kebebasan, dia masih membuat keputusan yang sadar dan bebas.