Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghindari Lelahnya Belajar Sama dengan Memeluk Kebodohan Selamanya

31 Agustus 2024   07:29 Diperbarui: 31 Agustus 2024   07:34 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Momen ini seperti sebuah titik balik. Dia mulai mengatur waktu, menahan godaan untuk bermain game, dan mulai menekuni pelajaran-pelajaran yang sebelumnya dianggap membosankan. Akhirnya, dalam beberapa bulan saja, dia berhasil melesat dari siswa terburuk menjadi salah satu siswa terbaik di sekolah. Apa yang mengubahnya? Kesadaran bahwa menahan lelahnya belajar lebih baik daripada menahan perihnya kebodohan seumur hidup.

Lelah Itu Sementara, Bodoh Itu Selamanya

Kata-kata Imam Syafii mengingatkan kita bahwa ketidaknyamanan adalah harga kecil yang harus dibayar untuk sesuatu yang jauh lebih berharga. Jika kita memilih jalan yang nyaman sekarang, kemungkinan besar kita akan mengalami ketidaknyamanan yang lebih besar di masa depan. Sebaliknya, jika kita bersedia untuk mengalami sedikit ketidaknyamanan sekarang (misalnya dengan belajar), maka kita mungkin bisa merasakan kenyamanan yang lebih besar di kemudian hari.

Ini adalah sebuah prinsip yang berlaku di hampir semua aspek kehidupan. Ingin tubuh yang sehat? kamu harus rajin berolahraga dan menjaga pola makan, meskipun kadang terasa menyiksa. Ingin sukses dalam karir? kamu harus bekerja keras dan terus belajar, meskipun ada saat-saat di mana kamu merasa lelah. Ingin hidup bahagia? kamu harus belajar bersyukur dan berusaha, meskipun tidak selalu mudah.

Dalam konteks pendidikan, belajar memang melelahkan, terutama jika kita harus berhadapan dengan mata pelajaran yang sulit. Namun, rasa lelah itu sementara. Setelah kita memahami sesuatu, ada rasa kepuasan yang luar biasa. Sebaliknya, kebodohan---ketidakmampuan untuk memahami atau melakukan sesuatu---itu menyakitkan, dan sering kali efeknya bertahan lama.

Kepada anak-anak muda, penting untuk memahami bahwa kehidupan ini penuh dengan pilihan. kamu bisa memilih untuk bersenang-senang sekarang dan menghadapi konsekuensinya di masa depan, atau kamu bisa memilih untuk bekerja keras sekarang dan menikmati hasilnya di kemudian hari. Kata Imam Syafii seolah menantang kita untuk berpikir lebih dalam tentang pilihan-pilihan ini. Jika kita ingin menghindari rasa sakit di masa depan, kita harus bersedia untuk menahan sedikit ketidaknyamanan sekarang.

Belajar tidak harus selalu tentang buku dan teori. Belajar bisa dilakukan di mana saja, kapan saja dan dari siapa saja. Jangan sampai kemudahan teknologi membuat kita lupa bagaimana caranya belajar dengan sungguh-sungguh. Gunakan teknologi untuk memperkaya pengetahuan, bukan sekadar mencari hiburan.

Mungkin ada yang bertanya, "Kalau begitu, belajar terus-terusan saja dong, jangan pernah berhenti?" Bukan begitu juga konsepnya. Belajar itu perlu diimbangi dengan istirahat. Tetapi ingat, istirahat bukan berarti berhenti. Istirahat adalah bagian dari proses belajar. Setelah belajar dengan keras, berikan waktu untuk otak kita mencerna informasi. Setelah itu, lanjutkan lagi. Begitulah caranya kita terus tumbuh dan berkembang.

Kebodohan Bukan Takdir

Pesan yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah bahwa kebodohan bukanlah takdir. Kita semua memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Namun, untuk mewujudkan potensi itu, kita harus bersedia menghadapi ketidaknyamanan yang datang bersamanya. Jangan biarkan kebodohan menguasai hidup kita hanya karena kita tidak tahan dengan sedikit rasa lelah. Seperti yang dikatakan Imam Syafii, pilihan ada di tangan kita: Menahan lelahnya belajar, atau menahan perihnya kebodohan.

Belajar itu ibarat naik gunung, memang capek, tapi pemandangan di puncaknya bikin kita lupa sama capeknya. Sebaliknya, kalau kamu memilih jalan malas, kamu hanya akan berputar-putar di lembah yang sama di antara hutan dan bahkan jurang yang dalam, dengan pemandangan yang itu-itu saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun