Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Harta dan Ilmu: Siapa yang Menjaga Siapa?

22 Agustus 2024   19:27 Diperbarui: 22 Agustus 2024   19:32 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia yang berubah serba cepat ini, ilmu adalah satu-satunya modal yang bisa bertahan. Dengan ilmu, generasi muda bisa menjadi inovator, pemecah masalah, dan pemimpin masa depan. Harta mungkin bisa membuat seseorang terlihat hebat dari luar, tetapi ilmu menjadikan seseorang hebat dari dalam.

Menjebak Diri di Dalam Harta

Jika Anda punya dua mobil, maka masalah yang muncul buat Anda adalah tempat parkir. Jika Anda punya satu mobil, masalah yang muncul bagi Anda adalah bahan bakar. Jika Anda tidak punya mobil, masalah yang muncul hanya menunggu angkot lewat."

Coba lihat fenomena di kota-kota besar. Rumah-rumah mewah bak benteng yang dikelilingi pagar tinggi, CCTV di setiap sudut, bahkan ada penjaga 24 jam. Semua itu untuk melindungi harta. Tapi lihatlah mereka yang tidak memiliki apa-apa---tidur nyenyak di bawah bintang-bintang, tanpa cemas akan kehilangan apa saja yang tidak mereka miliki. Bagi mereka, mungkin itu adalah kebahagiaan tersendiri.

Mengumpulkan harta seperti mengisi ember bocor---tak pernah penuh, selalu mengalir keluar. Sebaliknya, mengumpulkan ilmu seperti mengisi bejana emas---tak hanya menampung, tapi juga menerangi kemegahan dunia di sekitarnya.

Buat anak-anak muda, camkanlah bahwa ilmu adalah investasi sejati. Ilmu tidak akan tergerus inflasi, tidak bisa dicuri, dan tidak akan usang oleh waktu. Dengan ilmu, kita bisa menciptakan harta baru, tetapi dengan harta saja, kita tidak bisa serta merta menciptakan ilmu.

Ali bin Abi Thalib sejatinya mengajarkan kita untuk memilih jalan yang lebih bermakna. Harta mungkin memberi kita singkatnya kenyamanan, tetapi ilmu memberi kita makna tentang sejatinya kekuatan. Dalam perjalanan hidup, beliau seperti berpesan, lebih baik menjadi orang yang bijak daripada menjadi orang yang kaya tetapi kosong jiwanya.

Jangan hanya mengejar  harta yang sementara, kejar ilmu yang hakiki yang akan selalu menjaga kita, bahkan ketika harta sudah lenyap. Hanya dengan ilmu kita bisa menciptakan perubahan, dan hanya dengan ilmu kita bisa hidup dengan penuh makna.

Dari kisah Tuan Haris dan Pak Ibrahim, kita belajar bahwa harta bisa hilang dalam sekejap, tetapi ilmu tidak. Ilmu menjadi aset sejati yang bisa menyelamatkan kita di saat-saat paling kritis. Ketika ilmu itu diterapkan dengan bijak, ia akan menjadi penjaga yang tak terlihat, membimbing kita melewati badai kehidupan yang pekat.

Jadi, siapa yang menjaga siapa? Sudah jelas---ilmulah yang akan menjaga kita. Sebaliknya, harta? Ah, jangan terlalu berlebihan berharap, karena semua itu dengan segala ornamennya adalah fana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun