Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dunia Maya atau Dunia Nyata? Membangun Generasi di Pusaran Game Online

21 Juli 2024   06:39 Diperbarui: 31 Juli 2024   06:11 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat fenomena ini, kita harus bertanya: apa ini arah yang kita inginkan untuk Generasi Emas 2045? Dalam visi Indonesia Emas 2045, kita berharap dapat melahirkan generasi yang berdaya saing, inovatif, dan memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Namun, bagaimana kita bisa mencapai ini jika anak-anak kita lebih sibuk bermain game online daripada belajar atau mengembangkan keterampilan mereka?

Dampak jangka panjang dari kecanduan game online amat sangat merugikan. Anak-anak yang kecanduan game cenderung memiliki kemampuan sosial yang rendah, karena mereka lebih sering berinteraksi dengan layar daripada dengan orang-orang di sekitar mereka. Mereka juga berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, gangguan penglihatan, dan masalah tidur. Lebih dari itu, kecanduan game online dapat merusak kemampuan anak-anak untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan perhatian jangka panjang, yang pada akhirnya dapat menghambat prestasi akademis mereka.

Selain itu, game online sering kali menanamkan nilai-nilai yang kurang sehat, seperti kekerasan dan kompetisi yang tidak sehat. Banyak game yang populer di kalangan anak-anak dan remaja mengandung konten kekerasan yang bisa mempengaruhi perkembangan psikologis mereka. Anak-anak yang sering terpapar kekerasan dalam game mungkin menganggap perilaku agresif sebagai sesuatu yang normal dan dapat diterima.

Apakah Anak-anak Kita Generasi Gamers atau Generasi Emas?

Akankah anak-anak kita nantinya lebih mahir dalam memenangkan game “mobile legend” daripada bersaing di olimpiade matematika atau olimpiade ilmu pengetahuan. 

Bisa jadi di masa depan, ketika kita bertanya kepada anak-anak apa cita-cita mereka, alih-alih menjawab dokter, insinyur, atau ilmuwan, mereka mungkin akan menjawab "pro player eSports" atau "streamer game profesional." Ini mungkin akan terdengar tidak mengejutkan, tetapi jika kita tidak mengambil tindakan sekarang, maka skenario ini bisa menjadi kenyataan. Memang, menjadi pemain game profesional bisa menjadi karir yang menguntungkan, tetapi hanya segelintir orang yang berhasil. Kekhawatiran saya, bagi kebanyakan anak, mimpi ini lebih sering menjadi jebakan yang menghalangi mereka mencapai potensi penuh mereka yang lain.

Mengapa Kita Harus Peduli?

Kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari akan menentukan masa depan kita. Begitu kata Aristoteles, maka jika kebiasaan kecil anak-anak kita adalah bermain game online sepanjang hari, apa yang akan terjadi pada masa depan mereka? Apakah kita sedang membentuk generasi yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing, atau justru generasi yang pasif, kurang produktif, dan tidak siap menghadapi tantangan dunia nyata?

Memilih untuk membiarkan anak-anak kita terperangkap dalam dunia maya berarti kita sedang memilih untuk tidak memberikan mereka kesempatan agar berkembang menjadi individu yang utuh. Kita sedang memilih untuk tidak mempersiapkan mereka menjadi bagian dari Generasi Emas 2045 yang kita impikan.

Jika kita memilih untuk membiarkan anak-anak kita bermain game tanpa batas, kita sedang menentukan jati diri mereka sebagai individu yang tidak terlibat dalam realitas sosial dan fisik mereka. Kita sedang mengorbankan potensi mereka untuk berkembang dalam bidang-bidang yang lebih konstruktif.

Solusi: Pendidikan dan Pengawasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun