Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jika Mimpimu Besar, Usahamu Tidak Boleh Kecil

18 Juli 2024   18:25 Diperbarui: 20 Juli 2024   18:25 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya Superman cuma pakai sandal jepit dan naik sepeda ontel untuk menyelamatkan dunia, apa kira-kira bakal banyak yang percaya? Begitu juga dengan kita. Kalau mimpimu sebesar Gunung Semeru, ya usaha Anda tidak boleh cuma setinggi gundukan pasir di pantai. Hidup ini ibarat mencetak gol di tengah hujan deras. Kalau cuma lari-lari kecil di pinggir lapangan, menikmati guyuran air, kapan bisa mencetak gol?

Ketika Mimpi dan Usaha Tak Sejalan

Dalam sebuah seminar motivasi, ada seorang peserta yang berdiri dengan penuh semangat. 

"Saya punya mimpi ingin jadi orang tajir melintir!" katanya dengan lantang. 

"Apa yang sudah kamu lakukan untuk meraih mimpimu itu?" sang pembicara tersenyum, dan bertanya.

"Saya masih menunggu warisan dari kakek saya," dengan muka agak kecut, peserta itu menjawab.

Nah, ini dia problematika banyak orang. Mimpi besar, tapi usaha yang dilakukan setara dengan menunggu keajaiban turun dari langit.

Mengukur Mimpi dengan Usaha

Jadi, bagaimana sih seharusnya kita mengukur usaha yang sesuai dengan mimpi kita? Pertama, kita harus realistis. Mimpi itu gratis, tapi mewujudkannya perlu usaha yang tidak gratis. 

Kalau ingin jadi dokter, jangan cuma berdoa sambil rebahan. Harus kuliah, belajar anatomi, magang di rumah sakit. Usaha yang besar ini harus direncanakan dengan matang, tidak bisa asal-asalan.

Kita semua tahu cerita "Tukang Bubur Naik Haji". Si tukang bubur ini sukses karena usahanya tidak main-main. Dari pagi buta sudah mengaduk bubur, menata gerobak, dan melayani pelanggan dengan senyuman. 

Kalau dia cuma duduk-duduk nunggu pelanggan datang, mungkin ceritanya bakal beda, jadilah: "Tukang Bubur Ditinggal Pelanggan". Nah, janganlah sampai mimpi besar kita berakhir seperti judul sinetron yang terpaksa berhenti tayang karena rating rendah.

Mimpi Besar Butuh Pengorbanan Besar

Hidup ini bukan untuk bermalas-malasan, tetapi untuk bekerja keras mewujudkan mimpi kita. Mau bilang kalimat ini klise, ya silakan, tapi sependek pengetahuan saya, kalimat sudah teruji kok. 

Filosofi ini menggambarkan bahwa setiap mimpi besar membutuhkan pengorbanan besar. Jangan mengeluh kalau usahamu berat, karena memang begitu hukumnya. Kalau mau ringan-ringan saja, ya jangan bermimpi yang tinggi-tinggi.

Para Penjilat Mimpi

Ada juga mereka yang mengaku punya mimpi besar tapi malas berusaha. Mereka ini ibarat penjilat mimpi. Sibuk mengkhayal dan berharap nasib baik tiba-tiba menghampiri tanpa usaha nyata. Mereka lupa bahwa mimpi besar itu butuh kaki yang kuat untuk mengejarnya, bukan cuma mulut yang manis merangkai kata.

Kalau mau sukses, ya harus berusaha tanpa kenal lelah. Buatlah rumus sederhana tentang kerja keras dan konsistensi. Ketika kita punya mimpi besar, usaha kita harus terus-menerus dan berkelanjutan. 

Misalnya, kalau ingin jadi penulis terkenal, tidak cukup hanya menulis satu-dua artikel lalu berharap langsung viral. Butuh menulis setiap hari, membaca, dan terus belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan.

Jika Anda bermimpi dalam tidur, itu sebenarnya titipan Tuhan yang sangat besar, apalagi mimpi menyangkut nasib baik Anda supaya jadi nyata. Maka kejarlah karena usaha kita adalah ibadah untuk meraihnya. 

Jadi, kalau kita bermimpi besar, itu artinya kita diberi amanah oleh Tuhan untuk mewujudkannya dengan usaha yang sungguh-sungguh.

Mimpi Sebagai Pendorong Usaha

Mimpi besar seharusnya menjadi pendorong untuk berusaha lebih keras, bukan alasan untuk berleha-leha. Ingat, kita bukan Superman yang bisa terbang hanya dengan kehendak. 

Kita butuh usaha nyata untuk mewujudkan mimpi kita. Jadi, kalau mimpimu besar, ya usahamu juga harus besar. Tidak ada jalan pintas menuju puncak gunung. Semua butuh perjuangan.

Saya coba berikan ilustrasi seorang tukang es keliling yang punya mimpi jadi CEO perusahaan es krim besar. Kalau dia cuma muter-muter kampung dengan gerobaknya tanpa inovasi, ya susah tercapai. Tapi kalau dia mulai belajar bisnis, mencari investor, dan berinovasi dengan produk es krimnya, bukan tidak mungkin mimpinya jadi kenyataan. Sudah banyak Success story terkait hal ini. Usaha besar inilah yang akan membawa kita menuju mimpi besar.

Mimpi besar tanpa usaha besar itu seperti menulis di atas air. Tidak ada bekasnya, tidak ada hasilnya. Kalau kita ingin mimpi kita terwujud, usaha kita harus sebanding dengan mimpi tersebut. 

Jangan takut untuk bermimpi besar, tapi pastikan juga bahwa usaha Anda tidak kecil. Karena hanya dengan usaha yang besar, mimpi besar kita bisa menjadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun