Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menikmati Hidup dalam Tiga Babak, Rahasia 8+8+8

16 Juli 2024   19:09 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:14 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil menyeruput kopi hitam agak pekat di sore hari di teras rumah sambil memandang gunung Salak yang terlihat jernih, terlintas dalam pikiran, "Orang-orang selalu bilang waktu adalah uang, tapi sejujurnya, saya lebih senang jika waktu adalah kopi. Santai, nikmat, dan memberi energi."

Waktu adalah sesuatu yang kita semua miliki dalam jumlah yang sama---24 jam dalam sehari, tidak lebih tidak kurang. Namun, bagaimana kita menggunakan waktu tersebut sering kali menjadi perbedaan besar antara keberhasilan dan kegagalan. Salah satu konsep klasik yang sering diabaikan namun tetap relevan adalah konsep 8+8+8. Tiga angka yang sederhana namun membawa arti yang dalam tentang bagaimana seharusnya kita membagi waktu untuk bekerja, beristirahat, dan menikmati hidup.

Filosofi 8+8+8

Konsep 8+8+8 bukanlah sebuah formula matematika yang rumit, melainkan sebuah prinsip dasar manajemen waktu yang telah ada sejak lama. Bayangkan hidup kita seperti sebuah kue tart yang harus dibagi menjadi tiga bagian yang sama besar seperti lingkar jam dinding, masing-masing akan mendapatkan 8 jam. Delapan jam pertama kita alokasikan untuk bekerja, delapan jam kedua untuk beristirahat atau tidur, dan delapan jam terakhir untuk menikmati hidup---mengembangkan diri, bercengkrama dengan keluarga, atau sekadar bersantai.

"Waktu bekerja seperti memahat patung---perlu ketelitian dan konsentrasi. Waktu beristirahat seperti merawat tanaman---perlu kelembutan dan kesabaran. Sedangkan waktu bersantai, ah, buat saya itu seperti menikmati secangkir kopi di sore hari---tak perlu terburu-buru.

Delapan Jam untuk Bekerja: Produktivitas tanpa Stres

Kita sering mendengar bahwa kesuksesan membutuhkan kerja keras. Namun, kerja keras tanpa arah hanya akan membawa kita kelelahan. Di sinilah pentingnya konsep delapan jam kerja. Saat-saat seperti ini, kita dituntut untuk fokus dan produktif. Ingatlah, bekerja keras itu baik, tetapi bekerja cerdas jauh lebih baik.

Konsep manajemen waktu bukan cuma soal seberapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam sehari, dua hari, tetapi bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan penting tanpa mengabaikan aspek lain dalam hidup.

Dalam dunia yang penuh distraksi seperti sekarang, menjaga fokus menjadi tantangan tersendiri. Saya coba sarankan untuk menggunakan teknik Pomodoro, dimana kita bekerja intens selama 25 menit kemudian beristirahat selama 5 menit. Jangan lupa juga untuk menyisipkan humor dalam bekerja. Tertawa bisa jadi obat mujarab untuk mengusir stres.

Suatu hari, seorang teman Pak Bejo, sebut saja Anto namanya, menceritakan betapa pusingnya dia dengan pekerjaannya yang menumpuk. "Cobalah bekerja seperti kamu makan rujak, To. Nikmati satu suap demi satu suap, jangan langsung disuap semua, nanti malah tersedak karena pedas," begitu kata Pak Bejo.

Seperti kata Kahlil Gibran dalam Sang Nabi, Jika engkau tidak bisa bekerja dengan cinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun