"Kita sedang berada di persimpangan jalan."
Begitu kata salah seorang kawan saya yang sedang berdiskusi tentang generasi bangsa Indonesia.
"Di satu sisi, kita melihat potensi besar generasi muda. Di sisi lain, kita juga melihat tantangan yang tidak kalah besar. Apakah 2045 akan membawa kita kepada generasi emas yang penuh prestasi, atau malah generasi lemas dan cemas yang penuh frustasi?"
Inilah realitas Indonesia saat ini, dimana-mana harapan dan ketakutan berdansa bersama dalam simfoni yang kadang-kadang terdengar merdu, tapi lebih sering memekakkan telinga.
Kita punya Generasi Z (Gen Z) yang cerdas, kreatif, dan melek teknologi. Namun, disisi lain, mereka juga menghadapi tekanan yang luar biasa dari berbagai arah.
Sejenak saya mencoba menggali apa yang harus kita siapkan agar mimpi tentang generasi emas di 2045 tidak sekadar menjadi angan-angan.
Gen Z adalah generasi yang lahir dengan gawai di tangan. Mereka adalah digital natives atau penduduk asli dari dunia digital yang terhubung dengan dunia maya sejak lahir.
Mereka kreatif, inovatif, dan sangat adaptif terhadap perubahan teknologi. Mereka adalah calon pemimpin yang bisa membawa Indonesia ke puncak kejayaan.
Namun, potensi besar ini juga datang dengan setumpuk tantangan.
Bagaimana tidak? Dunia mereka penuh dengan distraksi, informasi berlimpah yang seringkali sulit dicerna, serta tekanan sosial yang terus mengintai.