Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Hijrah: Dari Kegelapan Menuju Cahaya, Dari Keraguan Menuju Keyakinan

7 Juli 2024   19:29 Diperbarui: 7 Juli 2024   19:40 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti halnya aliran sungai yang terus mengalir, waktu pun juga sama terus bergerak tanpa henti. Detik demi detik, menit demi menit, dan hari demi hari berlalu tanpa saling menunggu. Tibalah kita di penghujung tahun 1445 Hijriah, menyambut tahun baru 1446 Hijriah yang tentu saja penuh dengan harapan dan doa yang tulus. Tahun Hijriah adalah pengingat abadi tentang hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah, sebuah peristiwa monumental yang mengubah arah sejarah umat Islam. Maka, sudah sepatutnya kita merenungi makna hijrah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Hijrah: Refleksi dan Reorientasi

Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, melainkan juga perpindahan makna dan nilai dalam hati dan pikiran kita. Dalam konteks modern, hijrah bisa berarti berpindah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik, dari kegelapan menuju cahaya, dari keraguan menuju keyakinan. Momentum ini adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi diri, menelusuri jejak langkah kita selama setahun terakhir, dan merencanakan perubahan yang lebih baik di masa mendatang.

Dalam hidup, kita sering terjebak dalam rutinitas yang monoton dan membosankan. Kita lupa bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hijrah seperti panggilan untuk berubah, untuk berani keluar dari zona nyaman, sekaligus untuk menantang diri sendiri. Seperti halnya ungkapan bahwa perubahan adalah satu-satunya yang abadi, maka, tahun baru Hijriah adalah gerbang perubahan di awal kunci semangat untuk terus tumbuh dan berkembang.

Makna Spiritual Tahun Baru Hijriyah

Tahun baru Hijriah seharusnya menjadi momen untuk memperbaharui hubungan kita dengan Allah SWT. Ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah, memperdalam pemahaman juga pengamalan agama, dan memperkuat keimanan. Layaknya seorang petani yang menyiapkan tanahnya sebelum menanam benih, kita pun harus mempersiapkan hati dan pikiran kita sebelum menanam kebaikan dalam hidup. Dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, niscaya kita akan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.

Kita sering terjebak dalam hiruk pikuk kesibukan dunia, mengejar harta dan jabatan, hingga melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu keabadian dalam kematian. Tahun baru Hijriah sejatinya mengingatkan kita untuk kembali ke fitrah, kembali ke jalan yang benar, dan kembali kepada Allah. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Quran:

 "Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28). 

Maka, sholat, zikir dan doa adalah sarana meraih ketenangan dan keberkahan.

Refleksi Sosial: Menggugah Kepedulian

Selain refleksi diri dan spiritual, tahun baru Hijriyah juga adalah saat yang tepat untuk merenungi peran kita dalam masyarakat. Kita hidup di dunia yang penuh dengan ketidakadilan, kemiskinan, dan penderitaan. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu sesama, untuk peduli terhadap mereka yang kurang beruntung, dan untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Hidup di tengah masyarakat yang seringkali terpecah oleh perbedaan, hijrah juga mengajarkan kita tentang pentingnya ukhuwah dan kebersamaan. Rasulullah SAW dan para sahabatnya membangun masyarakat Madinah yang inklusif, adil, dan harmonis. Ini adalah teladan bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan mendukung, di mana setiap orang merasa dihargai dan diterima. Kita harus berani melangkah keluar dari lingkaran egoisme dan individualisme, dan mulai membangun jembatan kepedulian dan solidaritas.

Menenun Harapan di Tahun Baru

Setiap awal tahun adalah kesempatan baru untuk menenun harapan dan merajut mimpi. Kita semua memiliki harapan dan impian, baik itu dalam karir, keluarga, maupun dalam kehidupan spiritual. Tahun baru Hijriah adalah saat yang tepat untuk merencanakan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan impian tersebut. Sebagai insan yang diciptakan sempurna sudah seharusnya kita memiliki visi kehidupan yang jelas dan tujuan yang spesifik, agar setiap langkah yang kita ambil membawa kita lebih dekat kepada impian kita.

Namun, harapan saja tidak cukup. Kita harus memiliki keberanian untuk bertindak dan ketekunan untuk terus berusaha, meski menghadapi berbagai rintangan. Perjalanan tetaplah perjalanan, dan bahkan perjalanan seribu mil pun selalu dimulai dengan satu langkah. Oleh karenan itu, mari kita mulai tahun baru ini dengan langkah pertama yang penuh keyakinan, dan terus melangkah hingga mencapai tujuan.

Mengatasi Tantangan dengan Bijak

Setiap perjalanan pasti memiliki tantangan dan hambatan. Begitu pula dalam perjalanan hidup kita. Kita akan menghadapi berbagai cobaan, baik itu dalam bentuk kesulitan finansial, masalah kesehatan, atau konflik interpersonal. Namun, tantangan ini adalah bagian dari proses pembelajaran dan pengembangan diri. Setelah menghadapi tantangan dengan bijak, kita akan menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih dewasa.

Seperti yang diajarkan dalam Islam, setiap kesulitan pasti disertai dengan kemudahan. Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita. Maka, mari kita hadapi setiap tantangan dengan sabar dan tawakal, sambil terus berusaha mencari solusi terbaik. Dengan iman yang kokoh dan tekad yang kuat, kita akan mampu mengatasi setiap rintangan dan mencapai kesuksesan yang kita impikan.

Memaknai Kehidupan dengan Syukur

Dalam perjalanan hidup, kita sering kali lupa untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Kita terlalu fokus pada apa yang belum kita miliki, hingga melupakan apa yang sudah kita miliki. Tahun baru Hijriyah adalah saat yang tepat untuk memaknai kembali pentingnya bersyukur, untuk menghargai setiap nikmat yang telah kita terima, dan untuk bersyukur atas setiap kesempatan yang diberikan.

Syukur adalah kunci kebahagiaan. Dengan bersyukur, keniscayaan bawah kita akan merasa lebih tenang dan lebih puas dengan hidup yang dijalani menjadi kenyataan. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran:

"Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7). 

Sudah seharusnya kita mulai tahun baru ini dengan hati yang penuh syukur, agar hidup kita dipenuhi dengan keberkahan dan kebahagiaan.

Menyongsong Masa Depan dengan Optimisme

Tahun baru Hijriah adalah awal dari babak baru dalam hidup kita. Ini adalah kesempatan untuk menyongsong masa depan dengan optimisme, untuk merencanakan langkah-langkah yang lebih baik, dan untuk berusaha mencapai tujuan yang lebih tinggi. Kita harus memiliki keyakinan bahwa dengan usaha yang sungguh-sungguh dan doa yang tulus, kita akan mampu mencapai apa yang kita impikan.

Optimisme adalah bahan bakar untuk meraih kesuksesan. Dengan sikap positif dan tekad yang kuat, kita akan mampu menghadapi setiap tantangan dan mengatasi setiap rintangan. Saya teringat kata-kata bijak yang mengatakan bawah kesuksesan adalah hasil dari persiapan, kerja keras, dan selalu belajar dari kegagalan. Maka persiapkan diri sebaik mungkin, bekerja keras dengan penuh semangat, dan terus belajar dari setiap pengalaman.

Merajut Harapan, Menenun Kehidupan

Selamat Tahun Baru 1446 Hijriah! Mari kita sambut tahun baru ini dengan hati yang bersih, semangat yang baru, dan tekad yang kuat. Mari kita jadikan hijrah sebagai inspirasi untuk terus berubah dan berkembang, untuk meningkatkan hubungan kita dengan Allah SWT, dan untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Dengan refleksi diri, kesadaran spiritual, kepedulian sosial, dan optimisme, rasanya akan mampu merajut harapan dan menenun kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru ini. 

Hari ini adalah lembaran baru dalam buku kehidupan kita. Tulislah cerita yang indah, penuh makna, dan berharga. Sebab, setiap kata yang kita tulis adalah jejak yang akan kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Tidaklah berlebihan apabila kita tulis lembaran baru ini dengan penuh semangat dan menginspirasi, agar setiap hari dalam hidup kita menjadi lebih bermakna dan penuh berkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun