Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuliah Tidak Penting? Lalu Apa yang Penting?

4 Juli 2024   15:34 Diperbarui: 4 Juli 2024   15:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika mendengar pernyataan "kuliah tidak penting," ada yang merasa terlecut semangatnya, ada yang merasa panas telinganya. Saat ini kita hidup pada zaman dimana informasi melimpah ruah dan opini menjadi bagian dari keseharian kita. Tapi mari kita coba membedah pernyataan di atas, dengan tulisan yang ringan untuk ditelaah.

Penting Tak Penting 

Satu sisi yang perlu dicamkan adalah anggapan bahwa kuliah masih dianggap sebagai jalan tol menuju kesuksesan. Sejak jaman dulu, pendidikan dianggap sebagai alat untuk mengangkat derajat seseorang, dari zaman Socrates sampai zaman sekarang. Tapi disisi lain, akhirnya ada narasi yang semakin nyaring belakangan tentang pendidikan tinggi, bahwa "kuliah tidak penting". Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Realita Ekonomi dan Sosial

Mari kita lihat realita ekonomi dan sosial di tengah-tengah masyarakat saat ini. Banyak dari kita menganggap kuliah sebagai investasi. Layaknya investasi lainnya, kita berharap ada return yang signifikan. Namun, sayangnya, tak sedikit lulusan perguruan tinggi yang akhirnya menambah panjang daftar pengangguran. Mereka memiliki gelar, tapi tidak memiliki pekerjaan yang sesuai dengan harapan atau bahkan tidak bekerja sama sekali.

Fakta yang banyak terjadi adalah, ada banyak mahasiswa yang menghabiskan bertahun-tahun belajar teori yang dalam, seperti hukum termodinamika atau struktur sastra, tetapi akhirnya  bekerja di bidang yang jauh dari apa yang  dipelajari. Misalnya, seorang lulusan fisika yang berakhir menjadi barista. Bukan berarti menjadi barista tidak terhormat, tapi bukankah ironi jika segala pengetahuan tentang hukum Newton digunakan untuk mengukur busa susu pada cappucino? Ini yang saya bisa menyebutnya sebagai "pendidikan satirikal."

Apa yang Sebenarnya Penting?

Jika kuliah dianggap tidak penting, lalu apa yang penting? Jawabannya mungkin tidak sederhana. Yang jelas, ada beberapa hal yang semakin dianggap esensial di zaman sekarang. Keahlian praktis seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, berpikir kritis, dan kemampuan adaptasi adalah keahlian yang sangat penting. Ini adalah soft skills yang hampir tidak diajarkan di bangku kuliah.

Banyak perusahaan lebih menghargai pengalaman praktis daripada sekadar teori. Magang, kerja part-time, atau proyek-proyek mandiri dapat memberikan nilai lebih dibandingkan hanya duduk di ruang kelas. Dalam banyak kasus, siapa yang Anda kenal lebih penting daripada apa yang Anda ketahui. Kuliah memang bisa menjadi tempat untuk membangun jaringan, tapi ini bisa juga dilakukan di luar lingkungan akademis.

Saya bawakan satu potongan cerita tentang seorang pemuda lulusan teknik mesin yang menganggur, akhirnya memilih menjadi tukang ojek online. Suatu hari saat hendak mengambil penumpang di tengah perjalanan, ia bertemu penumpang yang ternyata adalah dosennya dulu. Sang dosen heran, "Loh, kamu kan dulu mahasiswa pintar, kok sekarang jadi tukang ojek?" Si pemuda dengan santai menjawab, "Pak, ini namanya beradaptasi dengan pasar. Sekarang, skill komunikasi dan navigasi lebih dibutuhkan daripada teori mesin." Sang dosen pun hanya bisa terdiam, mengakui betapa fleksibelnya dunia ini.

Mari kita coba merenung sedikit lebih dalam. Pendidikan itu sejatinya adalah proses memanusiakan manusia. Namun, apakah sistem pendidikan kita saat ini benar-benar memanusiakan, atau justru membuat manusia menjadi robot yang hanya bisa mengikuti perintah? Jika pendidikan hanya berorientasi pada nilai dan gelar, bukankah kita sedang membangun pabrik robot yang siap dilepas ke pasar kerja?

Paradigma Baru Pendidikan

Harus diakui, pasca pandemi covid, paradigma baru pendidikan yang muncul adalah tidak harus berada di ruang kelas, ada banyak cara untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Misalnya saja dengan belajar secara online, mengikuti kursus singkat, atau bahkan belajar langsung dari pengalaman hidup orang lain.

Makna terdalam dari esensi pendidikan itu bukan soal seberapa banyak yang kita tahu, tapi seberapa bijak kita menggunakan apa yang kita tahu. "Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah, begitulah kata Ali bin Abi Thalib r.a, dan dengan demikian bisa kita maknai pendidikan tanpa arah bagaikan perjalanan tanpa tujuan."

Pentingkah Kuliah?

Jadi, apakah kuliah penting? Penting, tapi jangan langsung disimpulkan bahwa ia adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Yang lebih penting adalah kemampuan untuk terus belajar, beradaptasi, dan mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan zaman. Di era informasi ini, yang penting adalah bagaimana kita bisa menggunakan informasi tersebut dengan bijak dan tepat guna.

Kuliah bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih baik, tetapi jembatan tersebut tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak tahu cara menyeberanginya. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan diri, bukan sekadar meraih gelar.

"Pendidikan adalah hak setiap orang, tapi bagaimana cara kita menggunakan dan memanfaatkannya adalah tanggung jawab kita masing-masing." Untuk generasi muda bangsa teruslah berkembang, dan terus menginspirasi, karena pada akhirnya, yang paling penting adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. 

Kuliah memang bukan satu-satunya jalan menuju sukses, tetapi dengan kuliah Anda bisa membuka peluang menuju sukses. Seperti halnya permainan catur, setiap langkah selalu bisa menghasilkan peluang kemenangan yang tak terduga lewat pergerakan bidaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun