Edukasi lingkungan harus dimulai sejak dini, bukan hanya dalam bentuk teori, tapi juga praktik langsung. Setiap individu harus merasa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungannya. Pemerintah juga harus lebih tegas dalam menegakkan aturan dan memberikan sanksi yang jelas bagi para pelanggar.
Selain itu, perlu adanya inovasi dalam pengelolaan sampah. Misalnya, teknologi daur ulang yang lebih efektif, sistem pengumpulan sampah yang lebih teratur, hingga kampanye kreatif yang bisa menggugah kesadaran masyarakat.
Coba kita renungkan satu hal: Jika kita bisa mengotori sungai dalam hitungan hari, mengapa kita tidak bisa menjaga kebersihannya dalam jangka waktu yang sama? Mungkin, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Sampai kapan kita mau terus mengulang siklus ini?
Sungai, adalah salah satu panggung. Jika kita tidak bisa menjaganya, kita hanya akan menjadi penonton dari kehancuran yang kita ciptakan sendiri.
Kondisi terakhir di Sungai Citarum jadi cerminan bagaimana sampah akal, moral, dan etika mengalir tak terbendung akibat hulu permasalahan ini belum terselesaikan dengan baik.
Jadi, mari mulai dari sekarang. Bersihkan hati, bersihkan pikiran, dan sungai akan mengikuti. Karena pada akhirnya, sungai yang bersih adalah cerminan dari hati yang bersih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H