Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pemalsuan Data untuk PPDB: Sekolah Favorit dan Ironi "Kejujuran"

29 Juni 2024   20:37 Diperbarui: 1 Juli 2024   13:28 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alamat palsu ini bukan sekadar baris di KTP, tapi juga simbol dari sikap mental yang menghalalkan segala cara. Kalau alamat bisa dipalsukan, bagaimana dengan nilai? Bagaimana dengan prestasi? Apakah kelak anak-anak kita akan terbiasa dengan kebohongan sejak dini, menganggap bahwa semuanya bisa diatur asal ada uang atau koneksi?

Pepatah lama mengatakan, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Jika orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk memalsukan alamat demi masuk sekolah favorit, jangan heran jika di masa depan mereka akan memalsukan lebih banyak hal untuk mencapai tujuan mereka.

Ketika Tetangga Tiba-tiba Jadi Saudara

Masa-masa PPDB bisa dipastikan fenomena tentang keluarga yang tiba-tiba memiliki banyak saudara? "Eh, Bu, itu kok alamat kamu di sekolah bisa dekat banget sama sekolah favorit ya?" tanya seorang ibu kepada tetangganya. "Oh, itu sih alamat rumah sepupu saya yang kebetulan sedang kosong," jawab si ibu dengan senyum.

Ironisnya, sistem zonasi malah menciptakan fenomena baru: keluarga dadakan yang tiba-tiba muncul demi sebuah alamat. "Cinta dalam Zona", ironi tentang perjuangan keluarga-keluarga palsu demi mendapatkan pendidikan terbaik untuk anak-anak mereka.

Pendidikan sebagai Cermin Bangsa

Kalau kita mau sedikit berpikir lebih dalam, sistem pendidikan adalah cermin dari sebuah bangsa. Ketika sistem pendidikan dipenuhi dengan kecurangan, itu menunjukkan ada yang salah dengan moralitas masyarakat kita.

Pendidikan seharusnya menjadi tempat di mana nilai-nilai kejujuran, kerja keras, meritokrasi dan integritas ditanamkan sejak dini. Namun, praktik pemalsuan data ini justru menanamkan nilai-nilai sebaliknya.

Sebagai bangsa, kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah ini jenis pendidikan yang kita inginkan untuk anak-anak kita? Pendidikan yang penuh dengan kebohongan dan tipu muslihat? Atau kita ingin menciptakan sistem pendidikan yang benar-benar adil dan jujur, di mana setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil berdasarkan kemampuan dan usaha mereka? Anak-anak yang sebenarnya punya potensi besar namun tersingkir karena mereka tidak memiliki 'alamat yang benar'? Inilah kisah-kisah yang kita dengar, nyata di sekitar kita.

Menggugat Sistem dan Manusia

Kejujuran adalah modal utama dalam pendidikan. Tanpa kejujuran, pendidikan hanyalah ilusi. Sebagaimana halnya dengan ungkapan yang satu ini: Sistem yang baik membutuhkan manusia yang baik, tapi manusia yang dikatakan baik bisa juga menghancurkan sistem yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun