Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemalsuan Data untuk PPDB: Sekolah Favorit dan Ironi "Kejujuran"

29 Juni 2024   20:37 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:40 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita hidup di era yang penuh ironi, dimana kejujuran sering kali jadi barang langka di tengah kesempitan. Salah satu ironi tersebut saat ini adalah praktik pemalsuan data untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi. Seolah ada benang merah yang kusut di antara niat baik pemerintah untuk menciptakan pemerataan pendidikan dan realita di lapangan yang penuh tipu muslihat.

Kejujuran di Tengah Zona Palsu

Saya coba ilustrasikan ada seorang anak bernama Budi yang tinggal di pinggiran kota. Budi adalah anak yang cerdas dan penuh semangat untuk belajar. Ia bercita-cita masuk ke sekolah favorit yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Namun, sistem zonasi menutup peluang itu. Di sisi lain, ada Susi, anak dari keluarga kaya yang rumahnya dekat dengan sekolah favorit tersebut. Tapi, bukan kepintaran Susi yang membawa dia ke sana, melainkan alamat palsu yang dibuat oleh orang tuanya. Inilah kenyataan yang terjadi di berbagai tempat. Sistem zonasi yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pendidikan, justru dijadikan celah bagi mereka yang ingin mendapatkan keuntungan tanpa memikirkan keadilan dan kesetaraan. 

Zona 'Putih' dan Zona 'Abu-Abu'

Praktik pemalsuan data ini seolah-olah menciptakan dua jenis zona dalam masyarakat: zona 'putih' bagi mereka yang mengikuti aturan dengan jujur, dan zona 'abu-abu' bagi mereka yang mencari jalan pintas agar mendapatkan fasilitas. Ironisnya, zona "abu-abu1' ini sering kali diisi oleh mereka yang justru memiliki akses lebih baik terhadap informasi dan sumber daya.

Kita mungkin bisa bertanya, apakah ini salah sistem atau manusianya? Sistem zonasi dirancang untuk memastikan setiap anak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Namun, ketika kejujuran menjadi barang langka, sistem sebaik apapun akan selalu punya celah untuk disiasati.


Alamat Palsu, Prestasi Palsu, Menjadi Masa Depan Palsu

Alamat palsu ini bukan sekadar baris di KTP, tapi juga simbol dari sikap mental yang menghalalkan segala cara. Kalau alamat bisa dipalsukan, bagaimana dengan nilai? Bagaimana dengan prestasi? Apakah kelak anak-anak kita akan terbiasa dengan kebohongan sejak dini, menganggap bahwa semuanya bisa diatur asal ada uang atau koneksi?

Pepatah lama mengatakan, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Jika orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk memalsukan alamat demi masuk sekolah favorit, jangan heran jika di masa depan mereka akan memalsukan lebih banyak hal untuk mencapai tujuan mereka.

Ketika Tetangga Tiba-tiba Jadi Saudara

Masa-masa PPDB bisa dipastikan fenomena tentang keluarga yang tiba-tiba memiliki banyak saudara? "Eh, Bu, itu kok alamat kamu di sekolah bisa dekat banget sama sekolah favorit ya?" tanya seorang ibu kepada tetangganya. "Oh, itu sih alamat rumah sepupu saya yang kebetulan sedang kosong," jawab si ibu dengan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun