Mohon tunggu...
Muhammad Ariqy Raihan
Muhammad Ariqy Raihan Mohon Tunggu... Penulis -

Lelaki sederhana dan penikmat sastra. Hanya ingin mencari kata-kata untuk disambung menjadi sebuah cerita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Matahari di Langit Senja

5 Desember 2015   12:01 Diperbarui: 5 Desember 2015   12:01 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedai ini tak berubah sama sekali. Nah, ini dia, gadis yang kurindukan. Hei Lily, panggilku ketika mendorong masuk pintu kedai kopi itu. Gadis yang kini rambut cokelatnya sudah bertambah panjang dan dibiarkannya terurai tanpa gulungan.

“Kemana saja kamu?” tanya Lily saat mengantarkan secangkir coffee mocca latte hangat kesukaanku. Dia menarik kursi dihadapanku.

“Aku hanya melanjutkan perjalanan saja” ucapku tak serius, sementara Lily menempatkan fokusnya untuk mendengar setiap ceritaku.

Baiklah, kamu menang, Lily. Perjalanan ini adalah bagian dari langkah yang kuambil semenjak permulaan waktu. Pada saat cinta hilang dari ruang dalam relung hati ini. Pada saat kekosongan yang tersisa di dalamnya. Aku kehilangan segalanya. Ayah, Ibu, bahkan juga lelaki yang dulu pernah berlayar bersamaku, namun dibiarkannya kapal itu karam dan membiarkanku tenggelam dalam kehampaan.

Kepergian cinta itulah yang membuat kepindahanku ke Bogor menjadi beralasan. Satu tahun lamanya aku berjalan tanpa arah, hanya percaya pada bisikan-bisikan hati. Padahal, bisa saja kan setan memengaruhinya dan membuatnya menyesatkanku? Akan tetapi aku begitu percaya pada hati ini, hingga kemudian ia menuntunku pada kedai kopi ini. Pada lelaki yang selalu duduk di sudut kedai sana itu.

Lily pun tersenyum penuh misteri, Meninggalkan jejak-jejak pertanyaan tanpa jawaban. Apakah kamu menemukan cinta itu kembali, tanya Lily sembari menggenggam lembut kedua tanganku.

Tentu saja. Aku menemukannya pada lelaki bernama Senja.

Akupun terdiam oleh pernyataanku sendiri.

***

            Senja Yang Merindukan Matahari. Judul yang kusematkan pada cerita pendek yang baru saja kuselesaikan. Dua bulan memang tidak sebentar, namun cukup untuk meninggalkan ini sampai saatnya tiba. Hujan lagi Sabtu sore ini. Aku bahkan tak bisa melihat langit yang berbagi nama denganku, Langit Senja. Barangkali, dulu orangtuaku suka dengan pemandangan sehingga memberi nama anak mereka dengan nama yang diambil dari langit paling indah sedunia.

“Lily, aku minta tolong sesuatu padamu.” Lily menarik kursi dihadapanku. Dengan dahi mengerinyit, tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun