PanggilanNya terhadap Petrus bukan hanya sekadar mengikuti. Yesus memberikan syarat serta peringatan bahwa untuk mengikutiNya bukanlah jalan yang mudah dan dipenuhi dengan penderitaan. Akan tetapi tindakan Petrus menarik Yesus dan menegurNya, menunjukkan sisi kelemahan manusiawi dari Petrus. Pemahamannya akan Mesias yang ia rindukan sangat berbeda dengan rencana Allah. Gambaran Allah yang dia pegang adalah manusia yang ilahi. Manusia dengan segala kekuatan Ilahinya dapat memberantas segala kejahatan dan dosa di dunia. Sedangkan, Yesus menampakkan dirinya sebagai Allah yang manusiawi. Allah yang menempuh jalan penderitaan dan kerendahan. Dari kejadian itu, Petrus belajar arti mengikuti Yesus. Ia harus berani melepaskan segala keinginan manusiawinya untuk menyelamatkan nilai kebenaran, menyelamatkan jiwa, dan menyelamatkan kehadiran Tuhan di dunia.
Pada umumnya, gambaran Allah yang manusiawi itu sulit untuk diterima. Hal itu dapat terlihat dari sikap tua-tua; imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang menolak Yesus. Bahkan, dalam injil Yohanes, murid-muridNya mengundurkan diri di Galilea. Akan tetapi Petrus sebagai juru bicara para rasul mengatakan bahwa “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6: 68-69) Pengakuan imannya yang begitu besar juga terlihat sewaktu mereka di Kaisarea.
Kisah pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi membuktikan bahwa pengakuannya itu bukan dari sumbangsih manusia, melainkan dari Roh Kudus. Bahkan Yesus mengakui bahwa Allah berdaulat untuk membuka mata Petrus dan mengungkapkan kepadanya siapa Yesus sebenarnya. Meskipun begitu karena keterbatasan manusiawinya, Petrus sebenarnya belum memahami sepenuhnya perutusan Mesianis Yesus. Sesungguhnya iman pribadi yang tulus dan terbuka adalah sikap seorang Kristen sejati. Iman yang seperti itu dibutuhkan dalam menanggapi pewahyuan dari Allah. Akibat dari sikapnya itu, Petrus diberikan nama baru oleh Yesus yaitu Kefas yang artinya batu karang. Ia dijadikan ‘batu karang’ Gereja. Sebab mereka yang memiliki iman kepada Kristus, seperti Petrus, disebut sebagai Gereja.
Petrus mencapai kepenuhan iman setelah kejadian Paskah. Kepercayaan dirinya yang besar dengan imannya yang masih belum matang menyebabkan kejatuhannya. Petrus mengikuti Yesus dengan semangat, namun ketika dihadapkan dengan tantangan yang berat dan terdorong untuk menyerah pada ketakutannya. Pada akhirnya, Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Petrus yang telah menjanjikan kesetiaan yang mutlak mendapatkan pelajaran bahwa orang yang sombong harus rendah hati. Ia belajar bahwa ia lemah, pendosa yang percaya dan memerlukan pengampunan. Berbeda dengan Petrus, Yudas iskariot terlalu cepat untuk mengambil keputusan dan mengambil nyawanya sendiri.
Dalam Injil Yohanes, percakapan Yesus bersama Petrus di danau Tiberias setelah kebangkitanNya menunjukkan perubahan sikap yang ditampilkan Petrus. Ketika Yesus menanyakan “apakah kamu mengasihi Aku?”, dalam kitab Septuaginta menggunakan kata Agapes-me. Kata ini menunjukkan kasih yang total dan tanpa syarat. Akan tetapi, Petrus menyadari akan kekurangan dan kelemahannya karena kejadian paskah sehingga ia menjawab philo-se. Yang menunjukkan bahwa Petrus mengasihi Yesus sepenuhnya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.
Yesus pun mempertanyakan itu berkali-kali. Hingga akhirnya, Ia menyesuaikan diri dengan kelemahan Petrus dan bertanya “Phileis-me?” Simon mengerti bahwa Yesus merasa cukup dengan kasihnya yang penuh keterbatasan, akan tetapi ia merasa sedih karena Tuhan harus mengatakan itu kepadanya. Rasa sedihnya itu tak berhenti di tempat, melainkan memberikan semangat kepada Petrus untuk melanjutkan tugas perutusanNya. Dari sini terlihat, Tuhan menghendaki keselamatan bagi manusia, tanpa terkecuali. Bahkan Tuhan mau menyesuaikan diri dengan keterbatasan manusia agar terselamat. Melalui pertobatan, setiap manusia diberi kesempatan untuk berubah. Itulah yang terlihat dalam pribadi Petrus.
Kesimpulan
Petrus dengan pribadi ‘apa adanya’, memberikan kepada kita iman yang terus berproses. Dengan latar belakangnya yang sangat sederhana, ia menjalani dan mempercayai dengan bimbinganNya segala tugas yang diberikanNya dapat dilalui. Meskipun untuk mengenal Tuhan membutuhkan perjalanan yang panjang dan harus melalui penderitaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI