Pasang Surut roda kehidupan tiada hari tanpa henti, layaknya sebuah "roda" yang selalu bergantian atas dan bawah. adakalanya memang sebuah"roda"terdiam di beberapa waktu entah itu dibawah ataupun diatas. banyak dari kita terutama aku sendiri bahwasanya ketika merasa terpuruk atau merasa "roda" kehidupan kita sedang dibawah ada rasa ingin menyerah menyudahi kesulitan ini.Â
Namun, ada beberapa hal yang memang diluar kendali kita sebagai manusia. ada kalanya pula ketika sudah berusaha semaksimal mungkin namun hasil belum memenuhi ekspektasi, membuat kita semakin terpuruk dan merasa jatuh sedangkan kita merasa usaha dan doa yang dilakukan sudah maksimal.
sedikit cerita berkisah dari pengalaman teman seperjuangan saat sedang menggarap tugas akhir kuliah yaitu skripsi. Saya adalah mahasiswa tingkat akhir yang sangat lama sekali lulusnya. yap saya sudah berada diujung dan diakhir batas masa kuliah saya 7 tahun.Â
Namun saya tidak sendiri, ada beberapa teman seperti saya yang kurang lebih ada 8 orang. kami semua dalam keadaan yang sama yaitu hanya tinggal melakukan sidang akhir skirpsi.
Pada bulan Juni Juli kemarin lah awal kami sudah merasa terdesak karena sudah ada beberapa kali peringatan dari akademik untuk kami menyelesaikan tugas akhir kami jika lewat dari bulan Agustus maka dengan berat hati pihak kampus akan mengeluarkan kami, sering kita dengar istilah nya Drop Out.
Saya sendiri memang sudah bertekad untuk menyelesaikan tugas akhir saya, walaupun dengan cara "sistem kebut semalam" akhirnya pada pertengahan bulan Juli saya berhasil menyelesaikan tugas akhir saya. saya begitu lega dan merasa senang karena beberapa teman saya yang bernasib seperti saya sudah selesai juga. yap teman-teman saya juga berhasil menyelesaikan tugas akhir nya. namun, tersisa satu teman saya, kita sebut saja dia Pa'ul.
Pa'ul terlihat sudah patah arang untuk menyelesaikan tugas akhirnya. dia sempat berujar bahwa jika memang dia siap untuk di DO. mendengar kabar seperti itu saya dan teman-teman yang lainnya pun dari perasaan kami lega kembali sedikit tertunduk lesu karenanya. sudah semaksimal mungkin kami untuk merayu, memberi semangat dan membantu Pa'ul ini yang sudah menyerah tapi tidak ada hasil, ia tetap tidak bergeming dan sudah pasrah untuk di DO.
teman-teman yang lain pun berujar "yasudah kita sudah melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk membujuk dia menyelesaikan skripsi tapi dia nya tetap tidak berprogress yaudah selesai tugas kita, kita urus aja urusan kita dan bersiap untuk sidang akhir".
Yap kalmat seperti itu keluar hampir sama dari beberapa teman yang lain yang sudah mencoba membujuknya. saya pun sebenarnya sudah merasa muak juga karena apa yang kami usahakan untuk membantunya menyelesaikan skripsinya tidak ada hasil, bukan karena faktor eksternal melainkan faktor internal, dirinya Pa'ul sendiri.Â
Menjelang pergantian bulan ke Agustus teman saya yang lain mencoba membujuknya kembali, dicoba sampai beberapa hari dikunjungi sampai kerumah nya guna mencari tahu "sebenarnya ada apa sih bro?" yap sesimpel itu kami ingin tahu dimana kesulitan Pa'ul yang sedang struggle dengan skripsinya. diajak ngobrol, diajak berinteraksi secara terbuka akhirnya dia membuka suara tentang mengapa ia tak kunjng bisa menyelesaikan skripsinya.Â
dia berujar yang pada intinya, dia bingung harus melangkah kemana, dia bingung harus melangkah bagaimana, dia bingung apa yang harus dia lakukan pada saat itu. mendengar itu, kami semua teman-teman yang lain dengan sigap akhirnya membantu apa yang memang ia butuhkan, bukan apa yang kita mau lakukan.Â
Karena pada saat itu sayapun sadar, "oh ternyata yang saya lakukan, bukan apa yang ia butuhkan". yap Pa'ul menyerah bukan karena tidak mau lagi menyelesaikan skripsinya, tapi hanya kehilangan arah, bodoh nya saya sebagai temannya tidak menyadari itu. ternyata yang ia butuhkan adalah petunjuk arah, bukannya kalimat motivasi. yang ia butuhkan adalah sumbu yang dilumuri minyak tanah untuk membuat "api" semangat yang ada pada dirinya tetap nyala.Â
dari kejadian itu saya jadi mikir bahwa dalam diri manusia yang sudah menyerah pun, tetap ada setitik api yang menyala, untuk membuat nya tetap nyala kita harus jaga, kita harus tetap kasih bahan bakarnya. pada akhirnya teman saya itu berhasil selesai dengan skripsinya, dan kami semua bisa sidang akhir pada awal agustus, tepat beberapa hari sebelum pergantian semester baru. we did it.Â
Yang membuat saya bangga bukan hanya karena saya berhasil menyelesaikan tugas akhir, melainkan bisa berguna untuk orang lain. seperti itu pula perasaan teman-teman yang lain karena bisa berguna bagi satu sama lain.Â
kadang kala memang kita mebutuhkan orang lain di sisi kita untuk menjadi "bahan bakar" kita agar api dalam diri kita bisa tetap nyala dan tak pernah padam. seharusnya teman, kerabat, saudara kita yang mempunyai niat mengakhiri hidupnya karena mereka merasa sudah menyerah dengan keadaan bisa kita nyalakan kembali "api" dalam dirinya.Â
Kita bisa berperan menjadi "korek" untuk menyalakan "api" nya, dan kita juga bisa berperan sebagai "sumbu yang dilumuri minyak tanah" agar api yang ada pada mereka tetap nyala.
mungkin diluar sana banyak kisah seperti Pa'ul ini, menyerah bukan karna lemah melainkan tersesat dalam perjalanan. tak tahu arah kemana ia akan melangkah. kita sebagai orang yang ada di sisi mereka seharusnya bisa berperan menjadi apapun sebenarnya yang merka butuhkan.Â
Yap kita membantu apa yang memang mereka butuhkan, jangan hanya karna kita membantunya, kita merasa mereka harus ikuti apa yang kita kehendaki. banyak dari kita merasa mempunyai jawaban atas permasalahan orang lain, padahal yang mempunyai jawaban hanya orang itu sendiri. semoga aku, kamu, dan siapapun diluar sana selalu dikelilingi dengan orang-orang terbaik yang bisa menjadi apapun yang kita butuhkan. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H