Yang kita bicarakan ini uang dari DID, artinya pengalokasian dana itu tidak hanya terbatas pada penanganan covid-19. Ya okelah, karena saat ini memang situasi itu yang sedang genting, tidak masalah jika dana dialokasikan untuk program-program yang berhubungan dengan wabah ini. Tapi kenyataannya, hanya lomba sosialisasi ini yang bisa pemerintah lakukan, belum tentu efektif lagi.
Saya lho, baru tahu kalau dana dari pemda itu bisa keluar sebegitu banyak. Kalau boleh curhat, saya ini kuliah di prodi sastra Indonesia yang mana kecil kemungkinannya untuk bisa terlihat “wah” di masyarakat, kalau tidak melakukan sesuatu. Percuma kuliah di sastra tapi pada akhirnya tidak punya karya apa-apa. Nah sekarang, bahan untuk karya sih ada, tapi untuk merealisasikan karya itu jadi produk resmi kan butuh biaya yang tidak sedikit. Saya pengin nulis novel, teman saya pengin nulis antologi puisi, semua terhenti saat berhadapan dengan pengurusan ISBN yang bagi kami terasa mahal. Padahal niat kami baik lho, ada juga teman lain yang ingin lebih akademis dengan melakukan penelitian-penelitian sangar, eh, tidak sanggup submit karena biaya open access yang juga kelewat mahal, sama-sama berniat baik padahal. Tiba-tiba baru ngeh kalau pemerintah punya banyak dana melalui pemda yang bisa saja digunakan saya maupun kawan-kawan untuk istilah kerennya membantu mengentaskan kualitas literasi di Indonesia. Lha kok jatuhnya uang itu hanya untuk “lomba” huhuhu.
Saya tahu, wabah yang sedang melanda hampir seluruh dunia ini bukan perkara sepele. Jadi kalau misal keinginan pribadi saya dan kawan-kawan tidak dikabulkan dulu tidak apa-apa. Asalkan uang yang ada bisa dimanfaatkan sebagai-baiknya untuk menangani wabah ini. Saya rasa Kemenkeu sendiri juga akan setuju-setuju saja jika DID dialokasikan ke hal lain yang lebih urgent dibanding lomba video. Kebetulan sekarang ini banyak masyarakat yang pengin sekali melakukan rapid test atau swab test atau tes-tes yang lain tapi kesusahan soal biaya karena memang mahal. Bisa kan kalau uang yang banyak itu digunakan untuk subsidi tes saja? Setidaknya biar ibu dan mbah saya bisa tenang karena bisa melakukan tes swab secara gratis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H