Mohon tunggu...
Arip Senjaya
Arip Senjaya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, pengarang, peneliti

Pengarang buku, esai, dan karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Donat

2 Juni 2022   08:23 Diperbarui: 2 Juni 2022   08:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Di hari pertama itu ia mengeluarkan sekantong penuh jeruk, apel, serta salak. Lalu tangannya yang lembut itu menunjukkan kepada kami bagaimana cara mengelupas kulit jeruk tanpa membuat sedikitpun kulitnya terlepas dan tercecer. Dia pun mengeluarkan pisau dan memutar buah apel sehingga kulit apel itu tidak terputus dari atas hingga bawah, kurang lebih satu meter kulit apel itu menjuntai dari tangannya hingga ke lantai. Dan pada saat ia membuka kulit salak dengan ajaib salak itu keluar bersih mulus sedangkan kulitnya tidak ada yang patah.

Aku memandang semua itu seperti adegan-adegan pesulap profesional dan makin terbukti ketika kami dibagi buah-buahan itu, tak seorang pun dari kami sanggup melakukan apa yang tadi ia lakukan. Jari tanganku malah terluka gores kulit salak, ada temanku yang matanya terkena semburan asam dari kulit jeruk, dan para pengelupas buah apel tak ada yang sanggup mengelupas lebih dari satu jengkal.

Semua gagal dan semua terpingkal-pingkal kesenangan menyadari semua itu tidak mudah. Pada kesempatan kedua kami masih juga gagal. Kesempatan ketiga gagal juga.

“Baiklah, mari lihat ke depan! Ibu akan lakukan lagi semuanya dengan pelan-pelan. Lihat salak ini, dia keras seperti kulit muka yang tak punya rasa malu!”

Kami pun tertawa-tawa.

“Tapi dia punya jiwa yang renyah, manis, dan bersih.”

Kami mendengarkan dengan tekun setiap kata yang dia lontarkan.

“Maka jagalah bagian jiwanya itu, jangan sampai kesakitan dan terkena kotor dari kulitnya sendiri. Kalian, anak-anak perempuan, suatu hari akan mengelupas salak suami kalian.” Matanya mendelik-delik menggoda anak-anak perempuan. Anak-anak perempuan pun tertawa-tawa tapi dengan serba-salah.

“Ya, itu benar. Kalian harus melakukan malam pertama kalian nanti dengan hati-hati. Jangan sampai kalian menjerit karena terluka!”

Kulihat wajah anak-anak perempuan berubah seakan dapat merasakan perihnya malam pertama.

“Kalian masih sangat muda, Ibu tahu, tapi ini memang tentang ilmu memahami kehidupan, bukan sekadar memahami buah salak. Dalam bahasa Sunda, kata ‘salak’ dekat bunyinya dengan ‘salaki’ yang berarti ‘suami’. Benar?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun