Sempat terjadi perbedaan pendapat tentang lokasi pembangunan Masjid antara saran wapres Bung Hatta di kawasan Bundaran HI di Jalan Husni Thamrin sekarang dengan daerah Taman Willhelmina di seberang Gereja Katedral. Akhirnya usul kedua yang dicetus Presiden Sukarno yang diterima.Â
Berikutnya, digelar sayembara nasional untuk rancang bangun Masjid selama 3 bulan, dari 22 Februari hingga 30 Mei 1955. Dari 27 sketsa dan maket yang masuk ke Dewan Juri yang di ketuai langsung oleh Presiden Ir. Sukarno sendiri terpilihlah rancangan karya seorang arsitek beragama Kristen, Frederich Silaban, sebagai pemenangnya.Â
Pemenang diunumkan setelah para juri melakukan penilaian selama 3 bulan. Pada 5 Juli 1955, F. Silaban selaku pemenang sayembara diganjar hadiah medali emas seberat 75 gram dan uang sebesar Rp.25 ribu.
Sayangnya, proses pembangunan sempat terbengkalai 17 tahun lamanya, seiring dengan bubarnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I tak lama sesudah pengumuman pemenang sayembara.
PROYEK MANGKRAK
Pernah ada upaya merealisasikan proyek pembangunan Masjid pada enam tahun sesudahnya, dimana Sukarno melakukan peletakan batu pertama bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi, 24 Agustus 1961.
Saat terjadinya peristiwa G-30 S 1965, proyek kembali mangkrak sampai tahun 1966 dengan inisiatif kementerian agama melanjutkan impian besar mewujudkan sebuah Masjid Nasional yang membanggakan dengan menetapkan KH Idham Chalid sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.Â
Memerlukan 17 tahun proses pembangunan hingga akhirnya Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden Suharto 22 Februari 1978. Kini masjid yang namanya diambil dari Bahasa Arab bermakna, "Merdeka" ini merupakan masjid raya terbesar di Asia Tenggara serta mampu menampung 200 ribu jamaah sekaligus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H