Mohon tunggu...
Proklamator Ario
Proklamator Ario Mohon Tunggu... Mahasiswa - _Aku percaya maka aku mengerti_

_Cogito Ergo Sum_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Filosofi Tradisi Bercocok Tanam-Bahuma Batahunt Dayak Kanyant Kalimantan Barat

5 Maret 2024   17:49 Diperbarui: 5 Maret 2024   17:54 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Bahuma Batahutn merupakan kearifan lokal suku Dayak Kanayatn di Provinsi Kalimantan Barat. Bauma Batahutn juga merupakan kegiatan pertanian menanam padi secara tradisional di ladang dan sawah. Tradisi tersebut merupakan peninggalan cara bercocok tanam oleh nenek moyang orang Dayak. 

Masyarakat Dayak Kanayatn di zaman modern ini, pada umumnya masih banyak yang melaksanakan kegiatan pertanian dengan cara tradisional tersebut. Tradisi Bauma Batahutn juga merupakan kekayaan budaya Indonesia di tanah Nusantara ini. Adapun kearfian lokal ini didorong oleh pemerintah agar tetap bertahan dan terjaga kelestariannya.

Kebudayaan merupakan pedoman hidup antara manusia dan alam sekitar, dimana di dalamnya terdapat suatu hubungan erat dengan kebiasaan dan tradisi. Budaya juga merupakan tolak ukur dalam mengetahui kualitas hidup masyarakat adat. Kebudayaan juga dapat dikatakan sebagai pola-pola pemikiran serta tindakan yang dimana terungkap dalam aktivitas manusia itu sendiri. Adapun wajud-wujud itu ialah tradisi atau sistem budaya (cultural system).

Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Borneo. Mayoritas masyarakatnya adalah orang Dayak yang pada umumnya diketahui tinggal di sekitar pedalaman desa. Tanah subur  merupakan wadah utama untuk tumbuhnya tanam-tanaman, sehingga pulau Kalimantan sering dikenal sebagai paru-paru dunia. 

Dengan kesuburan tanah itu, masyarakat adat seringkali mengolahnya untuk menanam padi gunung (uma motont', dalam bahasa Dayak Banyadu-Baahe). Tradisi bahuma batahutn juga merupakan kebiasaan bercocok tanam yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat adat Dayak Kandayan. 

Dengan adanya tradisi itu, masyarakat adat diajak untuk tetap melestarikan tradisi leluhur sekligus antisipasi mencegah adanya ancaman buka lahan untuk kalangan makro oleh para pembisnis. Tugas masyarakat adat Dayak adalah melakukan aksi penyelamatan dan sekaligus mempertahankan tradisi asli supaya hutan adat tetap terjaga.

Pada umumnya, suku Dayak Kanayatn menghuni wilayah Provinsi Kalimantan Barat, khususnya di wilayah Kabupaten Pontianak, Landak, hingga mencakup Kabupaten Bengkayang. 

Masyarakat Dayak Kanayatn memiliki kearifan lokal yang otentik, terutama dalam mengelola alam dan lingkungannya, terutama dalam bidang perladangan. Padi merupakan tanaman yang sakral bagi masyarakat Dayak Kanayatn pada umumnya, karena kehadiran padi dalam masyarakat Dayak Kanayatn diidentikkan dengan sumber kehidupan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat Dayak mempunyai filosofi budaya yang unik, dengan keberagaman alam dan kearifan lokal yang ada, khususnya dalam kegiatan bercocok tanam atau bahuma.

Orang Dayak biasanya meminta ijin atau restu kepada Pama Jubata (Tuhan) dengan berdoa di Panyugu Nagari (tempat berdoa orang Dayak Kandayan) sebelum diadakannya pembukaan lahan secara adat, supaya segala usaha dan kegiatan bercocok tanam ini selalu diberkati dan dilancarkan, terkhusus dijauhkan dari mara bahaya dan gangguan "roh-roh jahat". 

Dengan demikian, orang Dayak juga percaya kepada roh leluhur yang selalu membantu dalam menjaga kegiatan bahuma ini. Setelah itu, masyarakat adat diajak untuk balala' (berpantang), tidak boleh melakukan aktivitas secara umum khususnya tidak boleh pergi ke hutan, tujuannya supaya Pama Jubata (Tuhan) membersihkan segala macam "roh-roh jahat" yang akan menggangu proses kegiatan bercocok tanam itu (bahuma').

Bahuma Batahunt' merupakan tradisi yang diselenggarakan pada setiap tahunnya. Tradisi ini juga sekaligus memberi makna yang mendalam dengan melakukan kegiatan bercocok tanam di daerah lereng perbukitan maupun pegunungan yaitu menyiratkan makna 'menanam harapan baru' di awal tahun. Kegiatan ini diselenggarakan secara komunal dengan sistem balas budi antar masyarakat Dayak pada umumnya. 

Tradisi tersebut diutamakan untuk menghindari masuknya moderenisasi yang mungkin akan menghancur budaya setempat. Dengan demikian, tradisi bahuma ini merupakan salah satu cara supaya alam tetap terjaga kelestariannya dengan tidak membabat hutan secara luas.

Dengan penuh harapan, masyarakat Dayak diajak untuk tetap menjaga keutuhan budaya yang masih asri di bumi Pertiwi ini, suapaya kearifan lokal tetap terjaga dan menjadi kekayaan budaya Nusantara. Adapun tujuan diadakannya kegiatan bahuma ini pertama-tama memfokuskan masyarakat adat Dayak untuk tetap hidup secara solidaritas. 

Saling bahu-membahu adalah kebiasaan baik yang dilakukan oleh masyarakat Dayak pada umumnya. Meskipun ada sedikit perselisihan antara pemerintah setempat atas kegiatan membabat hutan secara mikro demi kepentingan pangan masyarakat Dayak, namun hal itu tak mampu dibatasi karena tradisi tersebut telah mendarah-daging dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Budaya menanam padi atau bahuma pada masyarakat Dayak Kanayant mengandung beberapa nilai yang mendasar diantaranya ialah mendidik masyarakat Dayak supaya mampu bersyukur kepada Jubata (Tuhan), membantu sesama atau bergotong-royong dan selalu melestarikan sastra lisan dan tradisi asli orang Dayak. 

Secara umum, tradisi tersebut merupakan salah satu cara pelestarian budaya Nusantara, dan adapun kegiatan bahuma merupakan hal yang tida lazim lagi bagi masyarakat Indonesia. 

Pada zaman modern ini, tradisi bahuma masih dilakukan oleh beberapa masyarakat Dayak Kanyant, namun di lain sisi ada di beberapa daerah sudah mulai memudar dalam menjalankan tradisi ini dikarenakan masyarakat Dayak digoda untuk mengganti lahan padi menjadi lahan sawit. 

Namun para tetua adat masih mendorong generasi baru untuk tetap melestarikan tradisi tersebut, sebab tradisi bahuma merupakan kegiatan yang bersinergisitas dalam mengayomi masyarakat lokal untuk mewujudkan hidup bersama terutama melestarikan alam ciptaan.

Ruang lingkup budaya adalah segala hal yang berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat Dayak Kanayant dalam proses menanam padi, baik prosesnya maupun upacara-upacara adat yang menyertai dalam proses menanam padi tersebut. 

Adapun proses upacara adat merupakan warna bagi masyarakat Dayak Kanayant dalam memulai segala kegiatan adat. Hal yang tidak dapat dihindari ialah meminta penyertaan dari Jubata (Tuhan), supaya segala rencana yang akan dilakukan berjalan dengan baik selaras pada kehendak Tuhan yang Mahakuasa. 

Prioritas utama dalam memaknai kegiatan bahuma adalah mampu menyadari bahwa alam sekitar perlu dijaga dan dipelihara kelestariannya. Dengan diadaknnya kegiatan ini, mengajak masyarakat lokal maupun non-lokal supaya mampu melihat tujuan utama dalam penyelenggaraan tradisi ini.

Kearifan lokal adalah akar dari perkembangan budaya Indonesia. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa setiap masyarakat adat di segala penjuru Nusantara diajak untuk tetap melestarikan adat dan budayanya masing-masing. Dengan demikian, khususnya tradisi Bahuma Batahunt merupakan salah satu pelestarian adat yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Kanyant.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun