Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penguntit Misterius

14 Desember 2023   10:51 Diperbarui: 14 Desember 2023   11:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kupikir ini berhubungan. Suara-suara yang kudengar saat malam hari di apartemen. Seseorang yang berlari dalam bayang-bayang. Aku berasumsi bahwa itu adalah orang yang sama dengan orang yang mengejarku baru saja. Pemilik kedai itu mengatakan aku harus pindah tempat kerja dan kota. 

Dia khawatir, bahwa mungkin saja dia adalah bagian suatu kelompok berbahaya yang menghilang beberapa tahun lalu. Mereka pasti tidak akan diam saja dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Pekerjaan yang kudapatkan mungkin adalah keberuntungan sekali dalam hidupku. Kebanyakkan seorang wanita lulusan sekolah menengah akhir (SMA) hanya bisa di dapur, daripada bisa bekerja di luar negeri dan memiliki gaji 5 kali lipat dari lulusan sarjana dalam negeri.

Kucoba untuk merubah rute ku, dan akan kuajukan juga shift kerja yang baru. Di keesokkan harinya, aku tidak mengetahui bagaimana teman kantorku mengetahui peristiwa yang ku alami semalam. Barangkali hari ini, dini hari tepatnya. Seorang teman kantor menghampiriku, dia memberiku selembar kertas. Ku perhatikan kertas itu dengan baik. Setelah kuamati, kertas itu berisi foto dan pesan ancaman yang ditujukan untukku. 

Aku mulai memikirkan kembali, tentang apa yang dikatakan oleh pemilik kedai itu. Tanpa berpikir panjang, selepas kerja ku hampiri kedai itu. Setibanya di kedai itu, kulihat banyak polisi berjaga di sana. Aku menanyakan kepada polisi, tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana. Aku juga menanyakan tentang pemilik kedai itu. 

Dari penjelasan yang kudapatkan dari polisi. Pemilik kedai itu bertarung dengan 10 orang, dia menewaskan 4 diantaranya. Sekarang dia dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan 6 lainnya dibuat babak belur oleh pemilik kedai itu.

Aku menjadi semakin penasaran dengan latar belakangnya. Mulai dengan membuat pingsan si penguntit misterius sekali pukul, berkelahi dengan 10 orang, dan dia masih hidup. Siapa sebenarnya pemilik kedai itu?

Aku menceritakan kisah itu di media sosial. Tidak ada seorangpun yang mempercayaiku. Bahwasanya mereka yang tidak mempercayaiku, kemungkinan bagian dari orang yang mengejarku pada dini hari itu. Aku percaya semua akan baik-baik saja.

Tidak lama kemudian ponselku berdering. Kulihat dengan seksama, nomor itu tidak ada dalam daftar kontakku. Aku mencoba berbaik sangka, bahwa itu berasal dari pemilik kedai dan mengangkatnya. 

Dugaanku benar, panggilan itu berasal dari pemilik kedai itu. Dia yang sedang berada di rumah sakit dan bisa mengetahui nomorku. Pikiranku benar, dia bukan orang biasa. Dia berpesan singkat, isinya adalah tidak memperbolehkanku meninggalkan kota ini. Lalu sambungan terputus. Apa yang harus kulakukan saat ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun