Seorang pria dan wanita yang sedang berada di dalam ruangan. Pencahayaan tidak terlalu banyak di sana. Lampu di ruangan sebelah yang berkedip setiap 7 detik sekali. Wanita itu duduk di atas kursi yang cukup tua dan seorang pria yang sedang berjongkok melihat mayat yang ada di depannya.
"Kenapa kau terus melihatnya?" tanya wanita yang sedang duduk
"Tidak apa" jawab sang pria
"Aku ingin mengetahui apa alasanmu menyelamatkanku?"
"Mengapa kau menanyakannya?"
"Aku masih tidak mengerti"
"Jadi, aku perlu menjelaskannya?"
"Kurasa begitu"
Pria itu berdiri dan menghadap ke wanita itu.
"Kau sedang butuh pertolongan bukan?" jawab pria itu
Wanita itu hanya terdiam.Â
"Sebentar kau kira dengan melihat seorang pria yang membawa senjata tajam dan berlari ke arahku.."
"Kau akan dibunuh bukan?" pria itu memotong
"Tunggu sebentar, siapa namamu?"
"Aku Samiel"
"Oh baik Samiel, kita akan bertemu lagi"
"Siapa namamu?"
"Jenifer"
Wanita itu pergi dengan membawa tas yang sedari tadi didekap olehnya. Hari berganti. Pria itu tidak berpindah dari ruangan itu semalaman penuh. Ia berasumsi bahwa telah terjadi sesuatu dan ia melewatkannya. Seluruh ruangan sudah ia telusuri. Banyak coretan dimana-mana. Coretan dengan darah tepatnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi disini?" gumam pria itu
"Apa Anda melihat seorang wanita disini semalam?" tanya seorang anak yang membawa sebotol susu dan sepiring roti
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Perkenalkan saya Nelm, pelayan yang ditugaskan setiap hari Senin rumah ini"
"Apa aku memasuki rumah orang tanpa ijin?"
"Sebenarnya itulah yang sedang Anda lakukan"
"Ya, maafkan saya"
"Saya melihat mayat lagi di ruangan dua pintu setelah pintu utama"
"Aku membunuhnya semalam"
"Baik, bagaimana kau membunuhnya?"
"Sebentar, apa kau mengatakan lagi dalam beberapa kalimat sebelum ini?"
"Ya, memangnya kenapa?"
"Maafkan aku, kau boleh memanggil Samiel"
"Saya juga ingin menanyakan itu sebenarnya"
"Apa pernah terjadi kejadian serupa?"
"Sebenarnya sering terjadi, akan tetapi.."
"Akan tetapi apa?" tanya pria itu dengan penuh penasaran
"Hal itu terjadi dalam periode yang berbeda dan kurun waktu yang tidak menentu"
"Mengapa kau setenang itu?"
"Karena sering terjadi mungkin?"
"Jadi kau mengenal Jenifer?"
"Oh, ternyata itu namanya"
"Kau baru tau namanya?"
"Anda perlu mengetahui tuan, bahwasanya tempat yang Anda masuki adalah sebuah hotel"
"Bagaimana mungkin seseorang akan menyewa kamar di tempat seperti ini?"
"Keterbatasan finansial mungkin menjadi salah satu alasannya"
Pria itu pergi meninggalkan anak tersebut. Nelm berpikir keras. Ia berasumsi bahwa Samiel adalah bodyguard baru Jenifer. Pria itu sampai di depan pintu utama Samiel menoleh dan terbelalak dengan apa yang ada di depan matanya. Semua pintu yang semula terbuka tiba-tiba tertutup.
"Nelm! Apa kau mendengarku?" teriak Samiel
"Saya berada di lantai dua tuan" jawab Nelm
"Kemarilah!"
"Tunggu sebentar"
Nelm datang. Samiel semakin terbelalak kali ini.
"Siapa kau?" tanya Samiel
"Saya Nelm yang beberapa waktu lalu berkomunikasi dengan Anda tuan"
"Aku tidak ingat bahwa Nelm adalah seorang anak perempuan dengan kulit putih sepertimu"
"Apa yang Anda bicarakan tuan?"
"Apa kau berusaha menakut-nakutiku?"
"Saya masih tidak mengerti apa yang anda bicarakan tuan"
"Lalu dimana sebotol susu dan sepiring berisi roti yang kau bawa?"
"Saya tidak mengerti apa yang baru saja Anda bicarakan"
Samiel mondar-mandir sembari melihat Nelm dengan penuh curiga.
"Lalu kau menutup semua pintu ruangan ini?"
Nelm mengacungkan pisau yang ia sembunyikan dibalik badannya.
"Kenapa kau pegang pisau itu?"
"Saya merasa terdapat kesalahpahaman disini tuan"
Samiel memperhatikan Nelm dengan lebih jeli kali ini. Nelm mulai bergerak. Diayunkan pisau itu dari kiri ke kanan menuju perut Samiel. Akan tetapi hal tersebut berhasil dihindari oleh Samiel.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ini akan cepat"
"Jangan main-main dengan pisau itu"
Nelm sekarang melepaskan pisau itu dan berlari ke arah Samiel. Sebelum pisau itu terjatuh ke lantai ia menggenggam gagang pisau itu kembali dan berusaha menusukkanya ke dada Samiel.
"Maafkan aku Nelm" kata Samiel sambil menahan serangan Nelm
Nelm hanya diam dan terus berusaha menancapkan pisau itu ke dada Samiel. Sekarang Samiel semakin terheran-heran dengan kekuatan yang dimiliki oleh Nelm.
"Ini tidak normal" kata Samiel
Terdengar suara retakkan dari lantai yang  mereka pijak. Seketika lantai itu runtuh. Nelm melompat menjauh dari Samiel.
"Sampai jumpa Samiel, aku takut kau mengetahui terlalu banyak tentang tempat ini"
 Samiel terbangun.
"Sam, mengapa kau tidak menghadiri pertemuan hari ini?" Tanya seorang wanita yang mendekapnya
"Tunggu, kenapa aku masih hidup?"
"Apa kau bermimpi buruk lagi?"
Samiel terdiam dan hanya melihat wanita itu terus berbicara seolah-olah ia adalah wanita yang spesial di dalam hidupnya.
"Kau tau Sam?"
"Maafkan aku, jika mengatakan hal yang tidak wajar tadi" jawab Sam seolah tidak terjadi apa-apa dan berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi
"Ya kita sering melakukannya, seperti tidur sambil berjalan"
Samiel masih bingung. Ia ingin memastikan bahwa ia masih normal.
"Tahun berapa ini?" tanya Samiel
"Akan kujawab pertanyaanmu meskipun jarang sekali aku mendengar pertanyaan seperti itu darimu. Sekarang adalah tahun 2034"
Samiel berada 30 tahun di masa depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H