"Apa kau mengetahui sesuatu?"
"Soal apa?"
"Soal meletusnya gunung- gunung besar"
"Aku tidak terlalu mengikutinya"
"Lalu apa yang kau ikuti?"
"Barangkali, tentang bagaimana merawat diri?"
"Sepeting itukah merawat diri?"
"Tentu, penting"
"Mengapa begitu?"
"Karena orangtuaku mengajarkan seperti itu"
"Bagaimana jika orangtuamu tidak merawat diri sebagaimana yang diajarkan padamu?"
"Kurasa, hal itu tidak mungkin terjadi"
"Mengapa kau begitu yakin?"
"Apa kau meragukan apa yang diajarkan padaku?"
"Aku hanya skeptis"
"Apa itu bagus?"
"Bagaimana menurutmu?"
"Hal ini menyangkut pada hal yang kusayangi"
"Apa menurutmu hal itu juga bukan hal yang kusayangi?"
"Aku berharap kau tidak selalu berperilaku seperti itu"
"Maka harapanmu akan segera sirna"
"Mengapa begitu?"
"Tiba-tiba saja aku membenci hal-hal yang kusayangi"
"Aku masih tidak mengerti"
"Tapi tiba-tiba juga hal yang kubenci kembali lagi menjadi hal yang kusayangi"
"Artinya perasaan manusia dapat berubah secepat itu?"
"Aku juga tidak tau, siapa pemberi perasaan ini"
"Kau mursal"
"Mengapa mursal?"
"Tapi, ada baiknya kau mursal"
"Jika tidak?"
"Tidak akan ada percakapan seperti ini"
"Apakah ini adalah percakapan yang kau inginkan?"
"Tidak juga"
"Lalu?"
"Aku sangat menyayangkan"
"Menyayangkan apa?"
"Percakapan ini tidak terjadi jauh hari sebelum hari ini"
"Keadaannya baik"
"Aku bersyukur"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H