Suara belati yang cukup tajam diasah para jongos sudah siap digunakan.Â
"Kapan tuan?"
"Sekarang!"
Sekomplotan jongos, babu penghianat bumi pertiwi Nusantara merengsek hadir di perkampungan Pulopancikan. Suara gaduh tercipta di setiap sudut perkampungan, para rakyat melawan. Nihil hasil, hanya memperburuk mental. Ratusan perak sudah dibawa, ratusan kilo beras diangkut dengan gerobak. Tak habis pikir manusia mana yang dengan kejamnya menghabisi yang lainnya hanya karena tidak mau mengerti keadaan ekonomi. Rakyat tak pernah tunduk, mereka terus melawan. Sayang, perlawanan saja tidak cukup. Harus ada kekuatan yang jomplang untuk memberangus pemikiran- pemikiran memperbudak.Â
Lucunya hari ini, perputaran sistem masih saja sama. Hanya di rubah sedikit, sejatinya masih saja terjadi hubungan antara budak dengan tuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H