Suara belati yang cukup tajam diasah para jongos sudah siap digunakan.Â
"Kapan tuan?"
"Sekarang!"
Sekomplotan jongos, babu penghianat bumi pertiwi Nusantara merengsek hadir di perkampungan Pulopancikan. Suara gaduh tercipta di setiap sudut perkampungan, para rakyat melawan. Nihil hasil, hanya memperburuk mental. Ratusan perak sudah dibawa, ratusan kilo beras diangkut dengan gerobak. Tak habis pikir manusia mana yang dengan kejamnya menghabisi yang lainnya hanya karena tidak mau mengerti keadaan ekonomi. Rakyat tak pernah tunduk, mereka terus melawan. Sayang, perlawanan saja tidak cukup. Harus ada kekuatan yang jomplang untuk memberangus pemikiran- pemikiran memperbudak.Â
Lucunya hari ini, perputaran sistem masih saja sama. Hanya di rubah sedikit, sejatinya masih saja terjadi hubungan antara budak dengan tuannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI