Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Modernisasi Ideal

10 November 2018   00:35 Diperbarui: 29 Juli 2022   04:22 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com


Sore itu setelah hujan mengguyur kota Gresik beberapa saat. Disebuah pos satpam ada aku dan pak Sarta yang merupakan tetanggaku. sedangkan pak Karmin sedang diluar membukakan gerbang untuk masuknya mobil yang hendak menuju sebuah kantor perusahaan swasta.

Hanya ada radio dan koran sebagai penghilang kepenatan. Televisi sedang diservis, karena beberapa waktu lalu digunakan satpam yang berjaga malam hari menonton piala dunia. Jadi wajar saja mengingat usia sang televisi yang akan berulang tahun untuk ke-20 kalinya.

Radio menyala dan kebetulan penyiarnya adalah Gita seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi, dengan semangat kebanyakan mahasiswi-a lainnya yaitu rasa nasionalisme. Pak Sarta mau tidak mau harus bisa menikmati siaran radio yang dibawakan oleh Gita itu, dengan kopi yang sudah dituangkan di lepek hendak disruput. Sedangkan aku duduk dilantai setelah lari dari kejaran anjing liar yang dibuang dari mobil beberapa hari kemarin.

"Jadi, modernisasi adalah bentuk perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dengan harapan bla bla bla..." Jelas Gita dalam siaran radio.

"Modernisasi apa. Kalau etika sama orang yang lebih tua seakan tidak ada." Celetuk pak Sarta dengan logat maduranya yang khas dan terlihat seperti menunggu respon dariku.

Baca juga: Fia Kaum Moderat

"Mungkin sedang sakit gigi pak." Jawabku

"Masak sakit gigi sampai berbulan-bulan tidak kunjung sembuh."

Baca juga: Cerpen: Compo

"Ya, gak tahu pak. Kronis mungkin." Kataku sambil menahan tawa

"Hahahaha, bisa juga ya.." respon pak Sarta sembari mengambil topi lalu keluar dari pos terdengar suara pak Karmin masuk.

"Hwaaah, alhamdulilah. weh koe cong"  sapa pak Karmin.

"Nggeh pak, dari rumah mampir dulu" Jawabku sambil bangun dari rebahan.

"Tak duduk dulu dipojok sana, kalau ketiduran tolong bangunin saya ya." Ucap pak Karmin sembari meluruskan punggungnya.

"Modernisasi itu bagus apa tidak pak?" Tanyaku menjajakan obrolan.

Sontak pak Karmin kaget dengan pertanyaanku.

"Kok tiba-tiba bahas gini?"

"Tadi di siaran radio bahas itu aja."

"Modernisasi itu seperti sistem, Bisa jadi baik kalau.."

"Kalau apa pak?"

"Kalau kita menggunakannya dengan hati-hati. Itu juga berlaku sebaliknya." Lanjut pak Karmin.

Aku terdiam karena beberapa spekulasi muncul di pikiranku tiba-tiba. Seketika itu pula dadaku menjadi sesak karena jantungku berdegup lebih cepat dan tarikan nafasku yang lebih panjang.

"Berarti kalau kita tidak bisa memanfaatkan 'sistem' tersebut, sama aja kita sedang terjajah secara moral. Tetapi kalau kita pandai berdiplomasi dengan modernisasi. Bahkan jika bisa, modernisasi itu ditunggangi bukan membuat orang merasa diinjak secara tidak sadar karenanya. Mungkin tidak akan ada kontra terhadap modernisasi di obrolan sehari-hari dan modernisasi akan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan karena tak berdampak buruk, bukan begitu pak?" Jelasku dengan semangat yang menggebu-gebu.

Pak Karmin terlihat mengangguk, mengiyakan pendapatku. Tapi terlihat canggung anggukannya, kuhampiri pak Karmin. Dalam beberapa menit pak Karmin bisa tertidur di kursi "sakti" nya.

Tak tega melihat nya tidur, dengan dengkuran yang perlahan mengeras. Ku tinggalkan begitu saja, pamit ke pak Sarta dan meminta tolong padanya untuk membangunkan pak Karmin setengah jam lagi.

Tenyata tadi aku tidur waktu adzan Maghrib berkumandang, dan bangun jam 21.22. Aduh di inceng malaikat Raqib dan Atid ikii.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun