Pemerintah Indoensia saat sini sedang serius menggarap proyek sumber pertumbuhan ekonomi baru yakni yang kita kenal sebagai blue economy. Konsep blue economy merupakan pemanfaatan sumber daya laut berkelanjutan bagi laju pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, ekonomi biru tidak semata-mata melihat potensi kelautan sebagai komoditas ekonomi, tetapi juga sangat menekankan kepada vitalnya menjaga kelestarian lingkungan hidup di dalam ekosistem bahari.
Cahyasari (2015) menyebutkan, sebelum Indonesia berencana melaksanakan kebijakan ekonomi dengan model ekonomi biru (blue economy), sebetulnya model ini sudah diterapkan dibeberapa negara di kawasan Asia Pasifik seperti, Amerika Serikat, Australia, Cina, Jepang, Korea Selatan, Kanada dan Mexico. Pengenalan model blue economy di Indonesia dimulai sejak presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20 di Riocentro, Rio de Janeiro, Brasil.
Sebanrnya Indonesia telah mulai mengenalkan konsep blue economy sejak 2005, sesuai kebijakan pembangunan yang termaktub dalam RPJP 2005-2025, yaitu mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional melalui pembangunan ekonomi kelautan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Namun sumber baru pertumbuhan ekonomi ini baru dirancang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas sejak 2021.
Pengembangan ekonomi biru ini juga telah masuk ke dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Akan ada dua wilayah utama yang menjadi koridor pembangunan ekonomi biru salah satunya adalah Kepulauan Riau. Provinsi Kepulauan Riau terpilih sebagai hub blue economy untuk kawasan Indonesa bagian barat karena Kepri memiliki potensi ekonomi biru yang sangat besar. Kementerian PPN/Bappenas sudah merancang Blue Economy Index, dan Kepri sebagai provinsi tertinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Tentu ini merupakan kabar baik bagi Propvinsi Kepulauan Riau. Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tatangga seperti Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kamboja. Kepri memiliki wilayah sekitar 96% merupakan lautan, dan hanya sekitar 4% daratan.
Sebagai wilayah kepualan, Kepri memiliki banyak potensi di sektor ekonomi maritim yang tersebar di enam Kabupaten/Kota. Diantaranya sektor perikanan tangkap, sektor perikanan buididaya, sektor pengolahan dan industri perikanan, sektor industri bioteknologi kelautan, sektor ESDM, sektor pariwisata, sektor perhubungan laut, sektor industri dan jasa maritime, dan sektor industri perkapalan. Tentu kondis ini sangat mendukung konsep blue economy.
Namun potensi sektor maritime yang dimiliki Kepri ternyata belum mampu menjadi pengegrak utama perekonomian daerah Kepri. Berdasarkan data BPS Kepri tahun 2020, hanya sekitar 1,8 persen perekonomian Kepri berasal dari sektor Kelautan dan perikanan. Mayoritas penduduk di Kepri bekerja di sektor manufaktur, sekitar 26 persen. Sementara di sektor perikanan masih di bawah delapan persen. Dan Angka tenaga kerja di sektor Perikanan dan Kelautan setiap tahun terus mengalami penurunan.
Data dari Bank Indoensia dalam Laporan Perekonomian Provinsi Kepri, hingga Februari 2023 jumlah angka tenaga kerja di sektor Perikanan dan Kelautan (termasuk didalamnya pertanian) terus mengalami penurunan setiap tahun. Tahun 2020 (12,13%), tahun 2021 turun dratsis menjadi 7,98%, dan di tahun 2022 7,17%, serta data per Februari 2023 hanya 5,59%.
Dengan konsep blue economy serta potensi sektor maritime yang dimiliki, peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian akan diarahkan ke sektor maritim. Pertumbuhan ekonomi daerah tidak lagi semata mata bergantung kepada sektor migas dan sektor industri manufaktur melainkan melalui sektor sektor baru yang akan dikembangkan dengan potensi hasil laut yang kita miliki.
Untuk memperoleh potensi itu, Pemerintah Provinsi Kepri bersama dengan Kabupaten/Kota yang ada diwilayah Kepri agar memperkuat konsep blue economy didalam kebijakan pembangunan daerah. Melalui strategi mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor kelautan atau marine based economy, yaitu mendorong sektor usaha kelautan di antaranya wisata bahari, Industri Perikanan, Industri Perkapalan, bioeconomy and biotechnology, logistik, renewable energy, pendidikan dan riset, hingga pengelolaan limbah laut.