Saya periksa, kaca spion kiri melipat kedalam dan ada baret-baret di pintu kiri. Saya tunggu beberapa saat, pengemudi atau penumpang bus atau truck yang terserempet tidak ada yang menyusul. Kemungkinan memang tidak ada orang yang menunggu. Jadi saya langsung melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Bakauheni.
Sambil parkir menunggu mobil masuk ke kapal saya perhatikan mobil saya 'luka' cukup serius. Dari depan sampai belakang, sebelah kiri, cat terkelupas, velg alloy tersayat cukup dalam (mungkin ada setengah milimeter) dan panjang, akibat benturan dengan badan dan roda bus atau truck tadi. Untung tidak terjadi benturan frontal, hanya menyerempet tipis saja.
Di luar itu, semua fungsi mekanik, elektronik dan lampu-lampu masih normal, sama sekali tidak menggangu perjalanan selanjutnya sampai ke Yogya.
Pembelajaran yang saya ambil dari kejadian itu adalah: seandainya fitur ADAS saya aktifkan, mobil tidak akan oleng dan menabrak (menyerempet) meskipun saya tertidur beberapa detik. Mobil akan tetap meluncur stabil di lajur, menjaga jarak dengan kendaraan di depan, bahkan ada 'emergency braking system' yang akan mengambil tindakan (mengerem kalau perlu) jika ada mobil lain yang bermanuver terlalu dekat dengan mobil kita.
Begitulah, kesimpulan saya: kita perlu membiasakan diri 'bekerjasama' dengan ADAS untuk meningkatkan keselamatan berkendara, bukan hanya untuk keselamatan kita saja, akan tetapi juga untuk kendaraan dan penumpang yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H