Kurebahkan tubuhku. Kupeluk bantal berbentuk hati yang diberikannya saat ulang tahunku yang ketujuh belas dulu. Cuma benda ini yang selalu mengerti perasaanku. Tangis dan tawaku selalu kutumpahkan di situ. Terkadang aku benci dengan tingkahku sendiri. Mengapa aku sebodoh dan sesetia ini?
Peristiwa tadi siang berputar lagi di kepalaku. Bono, cinta pertamaku itu sudah menikah dengan fansnya yang juga merupakan putri pemilik perusahaan rekaman yang menaungi band-nya. Pernikahan itu dilakukan diam-diam karena permintaan manajemennya yang tak ingin karir band baru itu meredup.Â
Kukira cerita seperti itu hanya terjadi di sinetron. Ternyata...
Kuambil walkman yang juga merupakan pemberiannya saat kami masih sekolah dulu. Kuputar "Hurting Each Other" milik The Carpenter, duet vokal instrumental kesukaan kami berdua. Suara merdu Karen mengalir ke telingaku.
Orang bilang, lagu yang sering kita dengar dan kita nyanyikan, sedikit banyak bisa mempengaruhi kehidupanmu. Rasa-rasanya benar kata mereka, karena lagu ini memang mewakili hubungan kami selama ini.
No one in the world
Ever had a love as sweet as my love
For nowhere in the world
Could there be a boy as true as you love
All my love
I give gladly to you
All your love
You give gladly to me
Tell me why then
Oh why should it be that
Aku bisa memastikan, tidak ada yang lebih menyayanginya di dunia ini selain aku. Aku pun tahu, dibanding pada istrinya itu, Bono pasti lebih sayang padaku. Buktinya, ia masih menyempatkan diri untuk menemuiku, meski yang dibawanya adalah kabar pilu. Jika ia tak lagi sayang padaku, ia tentu tak akan repot-repot kemari. Tapi inilah kami, yang saling menyayangi sekaligus saling menyakiti.
We go on hurting each other
We go on hurting each other
Making each other cry
Hurting each other
Without ever knowing why
Can't we stop hurting each other
Gotta stop hurting each other
Making each other cry
Breaking each other's heart
Tearing each other apart
Sungguh, aku ingin bertanya pada semesta, tak adakah cara agar kami bisa saling menyayangi tanpa saling menyakiti lagi? Berbagai kemungkinan berputar di otakku. Kemudian, kuletakkan walkman yang ada di tanganku. Kutemui ibu yang sedang duduk memandangi malam.