Mohon tunggu...
Arinta Adiningtyas
Arinta Adiningtyas Mohon Tunggu... Full Time Blogger - "Sinau Tanpa Pungkasan"

Arinta Adiningtyas adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis. Ia tergabung dalam beberapa komunitas kepenulisan seperti Kumpulan Emak-emak Blogger dan Ibu-ibu Doyan Nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Impas

10 Maret 2020   23:19 Diperbarui: 10 Maret 2020   23:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ibu apa sih?" Aku tak nyaman dengan pertanyaan ibu. Sekarang aku tahu mengapa ibu sesumringah itu. Kulihat dia pun jadi makin kikuk.

"Maaf..." Hanya satu kata itu yang bisa kusampaikan.

"Kamu belum menikah?" tanya Bono.

"Belum. Anak ini selalu menunggumu, Nak. Sudah banyak laki-laki yang dia tolak." Ibuku menjawab.

"Duh, Bu... Ibu ini apa tidak bisa menjaga harga diriku?" gerutuku dalam hati.

Sungguh, aku berharap dia kemari untuk meminangku kembali, setelah adegan pengusiran tujuh tahun yang lalu itu. Ya, tujuh tahun lalu, Bapak menyuruhnya pergi karena ia lebih memilih gitar daripada aku. Bapak ingin ia bekerja normal, bukan cari uang di jalanan. Tapi dia tidak bisa lepas dari hobi yang juga pekerjaannya itu.

Selama ini aku setia menantinya, karena aku yakin ia akan berhasil meraih impiannya menjadi musisi terkenal. Dan kini, setelah tujuh tahun berlalu, dia membuktikan bahwa seorang pengamen pun bisa meraih kejayaan.

"Kamu sudah menikah, Nak?" Ibu memecah kebisuan di antara kami.

Bono terkejut, tetapi langsung bisa menguasai diri.

"Alhamdulillah, Bu." jawabnya. Dan jawabannya yang singkat itu langsung menusuk jantungku. Dadaku sesak. Aku yakin, ibu pun kecewa.

"Aku ke sini agar kamu bisa mulai membuka hati untuk yang lain," lanjutnya sambil menatap mataku. Kalimat itu meluncur dari bibirnya semudah itu.
Aku, kini mulai menyesali waktuku yang habis untuk penantian yang tak berarti ini. Tanpa terasa, bulir air mulai membasahi pipi. Memang, kalau tak ada jodoh, mau bagaimanapun juga tetap tidak akan bersatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun