Mohon tunggu...
Arini Tazkiyah
Arini Tazkiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

Segalanya tidak selalu mudah, tetapi selalu berusaha melakukan apa yang benar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etnografi sebagai Modal dalam Meningkatkan Literasi Keagamaan Berbasis Budaya di Era Digital

7 Juni 2023   19:11 Diperbarui: 7 Juni 2023   19:16 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjawab persoalan agama dalam bingkai ilmu sosial bisa menggunakan pendekatan Antropologi Agama. Dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama Antropologi dapat meneliti dari aspek-aspek tertentu keagamaan. Pengalaman beragama, bentuk rumah ibadah, serta tradisi agama dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Karena ajaran agama yang dianut dan dilaksanakan masyarakat merupakan suatu proses pelakasanaan pada ajaran, nilai-nilai dan norma yang meraka anut. Kepentingan penelitian keagamaan berbasis kebudayaan yang dituliskan dalam suatu karya tulis ilmiah akan menghasilkan literasi keagamaan berbasis budaya yang dapat disebarkan untuk berbagai kepentingan. Dalam bidang Pendidikan, keagamaan, serta alat penetapan kebijakan suatu negara.

Peristiwa mengenai berbagai interpretasi Al-Quran dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari masih kurang diperhatikan oleh ahli Antropologi agama dan ahli Sosiologi agama. Di Indonesia, fenomena serupa ini belum menarik banyak perhatian dari para pakar di perguruan tinggi Islam, baik yang berada di lembaga swasta maupun negeri. Hal ini disebabkan oleh fokus kajian Islam di perguruan tinggi yang lebih berpusat pada Al-Quran itu sendiri, bukan pada pemahaman, interpretasi, dan penggunaan Al-Quran dalam konteks kehidupan sehari-hari oleh suatu komunitas atau masyarakat. (Ahimsa, 2012:250).

Melihat The Living Al-Quran atau Al-Quran yang hidup dari perspektif antropologis pada dasarnya berarti memandang fenomena ini sebagai aspek sosial dan budaya, yaitu sebagai manifestasi pola perilaku individu yang muncul berdasarkan pemahaman mereka terhadap Al-Quran. Dengan pendekatan ini, fenomena yang menjadi objek kajian bukan hanya Al-Quran sebagai kitabnya, melainkan juga bagaimana manusia memperlakukan Al-Quran dan bagaimana pola perilaku yang didasarkan pada pemahaman tentang Al-Quran tersebut diimplementasikan. Fokus penelitian di sini adalah memahami bagaimana berbagai interpretasi Al-Quran ini hadir, dipraktekkan, dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari manusia. (Ahimsa, 2012:250).

Dalam praktiknya, pemahaman Al-Quran sebagai pedoman hidup seharusnya dikaji secara mendalam untuk menghadapi keadaan dunia di era digital saat ini. Penghayatan nilai-nilai dalam Al-Quran dalam kehidupan sosial budaya digunakan untuk memahami kondisi sosial budaya manusia di dalam aktivitas nyata maupun maya. 

Peran Antropolog Muslim dalam Meningkatkan Literasi Keagamaan Berbasis Digital 

Peran Antropolog Muslim dalam meningkatkan literasi keagamaan berbasis digital sangat penting dalam konteks digital saat ini. Antropologi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari secara mendalam tentang manusia dan kebudayaannya, termasuk tentang agama dan praktik keagamaan. Antropolog Muslim yang memiliki pemahaman mendalam tentang kehidupan masyarakat muslim saat ini, sehingga dapat memberikan wawasan serta perspektif keagamaan dan kebudayaan yang komprehensif yang berharga untuk mempromosikan keagamaan dan budaya melalui literasi digital. Berikut merupakan beberapa contoh peran yang dapat dilakukan antropolog Muslim dalam meningkatkan literasi keagamaan berbasis digital.

  1. Antropolog dapat melakukan penelitian secara mendalam melalui penelitian lapangan (fieldwork) maupun kajian pustaka melalui pendekatan fenomena praktik keagamaan Muslim dalam interaksi serta penggunaan teknologi dan media social serta media digital lainnya. Para Antropolog dapat mempelajari bagaimana komunitas Muslim berinteraksi dengan literasi keagamaan yang tersedia secara digital melalui web, aplikasi, dan media sosial. Melalui riset ini Antropolog dapat  mengidentifikasi ancaman, peluang, dan tantangan yang muncul dalam konteks tersebut.
  2. Melalui pemahaman kebudayaan Antropolog dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cara berpikir mengenai keyakinan dan praktik keagamaan dalam masyarakat Muslim. Pemahaman kebudayaan dalam praktik keagamaan dapat memberikan perspektif keagamaan yang lebih luas.
  3. Membuat program atau pelatihan untuk meningkatkan literasi keagamaan berbasis digital. Tujuan dari program ini untuk memberikan arahan, pengetahuan, dan pemahaman kepada masyarakat agar terhindar dari hoax keagamaan terutama terkait dengan radikal dan terorisme. Program ini dapat diajukan dalam bentuk kolaborasi kepada pemerintah daerah maupun nasional, lembaga sosial, dan organisasi keagamaan.
  4. Antropolog Muslim dapat memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk berkontribusi dalam pengembangan konten keagamaan berbasis digital yang akurat dan relevan. Mereka dapat menyumbangkan pengetahuan dan wawasan mereka untuk menghasilkan konten yang membahas seputar nilai-nilai keagamaan, budaya, dan kondisi masyarakat Muslim saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan penulisan artikel populer, opini, video, podcast atau konten lainnya yang dapat diakses melalui platform digital.

Melalui peran-peran ini, Antropolog Muslim dapat berkontribusi dalam meningkatkan literasi keagamaan umat Muslim dalam era digital. Secara keseluruhan, peran antropolog Muslim dalam meningkatkan literasi keagamaan berbasis digital adalah untuk menggabungkan pemahaman keagamaan dan pengetahuan tentang teknologi digital dengan tujuan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang agama dalam era digital.Mereka dapat membantu menghadapi tantangan dan peluang yang dihadapi umat Muslim dalam memperoleh pengetahuan keagamaan yang akurat dan berkualitas melalui media digital.

 

Figur Antropolog Muslim Modern

Sejauh sepengetahuan penulis khususnya di Indonesia, masih belum banyak Antropolog Muslim yang kiprahnya diakui secara luas. Ketika mencari informasi dengan mengetikkan kata kunci "Antropolog Muslim Indonesia" hasil yang muncul hanyalah artikel atau jurnal ilmiah bertemakan Islam dalam kajian Antropologi bukan nama-nama antropolog Muslim. Berikut penulis tunjukkan dua nama antropolog muslim yang banyak berkiprah dalam penulisan dan kajian Antropologi dalam tema keislaman dan budaya.

Dr. Lila Abu-Lughod (1952) merupakan seorang profesor Antropologi dan gender di Universitas Columbia. Keilmuannya, sebagian besar bersifat etnografis dan berbasis di Mesir, yang berfokus pada hubungan antara bentuk budaya, gender, kekuasaan, politik, hak asasi manusia dan perempuan di Timur Tengah dan secara global (Watson Institute, 2023). Beliau lahir pada tahun 1952, dari pasangan Ibrahim Abu Lughod dan Janet L. Abu Lughod. Ibunya merupakan seorang ahli Sosiologi Urban di Amerika. Ia telah banyak mempublikasikan gagasannya ke dalam buku diantaranya, Writing Women's Worlds: Bedouin Stories (Universitas California Press: 1993), Remaking Women: Feminism and Modernity in the Middle East (editor) (Princeton University Press: 1998),  Media Worlds: Anthropology on New Terrain (editor) (University of California Press: 2002). Ia menikah dengan Timothy Mitchell kelahiran Inggris yang merupakan seorang ahli politik dan profesor Studi Timur Tengah di Columbia University. Beberapa prestasi penghargaan dalam bidang akademik telah banyak ditorehkannya seperti, menyampaikan ceramah Lewis Henry Morgan di University of Rochester, yang dianggap banyak orang merupakan seri ceramah tahunan Antropologi paling bergengsi, pada tahun 2007 dinobatkan sebagai Carnegie Scholar dalam penelitian yang berjudul: Do Muslim Women Have Right? The Ethics and Politics of Muslim Womens's Right in a International Filed. Mendapat gelar doktor kehormatan dari Carleton College pada tahun 2006 (wikipedia.org, 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun