Kalaupun aku menyadarinya lebih cepat, Pak Ramlan juga akan menolakku karena aku masih di bawah umur. Sebab dari awal, dia memang hanya ingin membantuku, bukan untuk menikahiku. Ya, keputusannya adalah tidak mencintaiku.
Aku pulang ke rumah sebulan sekali, dan saat aku pulang, Ibu bilang dia pernah bertemu Pak Ramlan di pasar. Di cerita Ibu, Pak Ramlan bilang Ibu mirip sekali denganku, jadi mudah untuk mengenalinya sebagai Ibuku. Dia menitip salam dan memberikanku majalah dari luar negeri yang berbahasa inggris. Majalah tentang beasiswa S2 dan asrama gratis di London. Dia kembali membukakanku jalan. Dia kembali memberikanku harapan baru. Harapan-harapan itu benar-benar membuatku hidup dan memilliki arah perjalanan. Seandainya durasi pertemuan kami lebih lama, aku ingin membahas sebanyak mungkin perihal yang ingin aku bicarakan, dan aku ingin mewujudkannya juga di waktu yang akan datang.