hanya beku, denyar, nan mengacak
momen munajat.
Sampai mata senja pun, berarak
melarungkan khutbah. Tetap terbanting,
terinjak, beradu welas Tuhan.
Jauh menyelinap, ku susuri masih
tak ada, deru larik-larik Kalam-Mu.
Mulutku, batinku becek,
pikiran resah, mematung redup.
Gundah, luruh serasa pilu,
cekam, sesak menyeka bibir darah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!