Mohon tunggu...
Arinda Eka Savitri
Arinda Eka Savitri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Libatkan Allah SWT dalam setiap langkah mu
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

IAIN Jember Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengertian Filsafat Pendidikan Idealisme dan Tokoh Filsafat Pendidikan Idealisme

1 April 2020   23:13 Diperbarui: 15 Juni 2021   07:00 18363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengertian Filsafat Pendidikan Idealisme dan Tokoh Filsafat Pendidikan Idealisme. | Kompas

1. Pengertian filsafat pendidikan idealisme

Idealisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan kebenaran yang paling tinggi adalah ide dari diri sendiri bukan dari orang lain. Jadi, dalam konteks pendidikan ini Islam menceritakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan konstitusional, pendidikan akan dikombinasi oleh fakultas atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan.

Aliran idealisme ini menggunakan evaluasi essai karena efektif dalam proses belajar mengajar dan juga dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengembangkan soal. Jadi aliran idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia itu sendiri bukan dari pemikiran mahluk lainnya. 

Dalam pendidikan, aliran idealisme merupakan aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa kita lihat pada metode dan kurikulum pada yang digunakan oleh sekolah tersebut.

Filsafat idealisme sangat penting dalam dunia mendidikan karena meletakkan manusia atau peserta didik sebagai subjek memiliki pengetahuan yang tersimpan dalam dirinya, baik pengetahuan umum maupun agama. Pada taraf inilah, pendidikan harus mampu mengeluarkan seluruh potensi dalam diri anak didik, baik secara rasional dan nyata.

Baca juga: Filsafat Timur dan Barat, Antara Moral dan Rasionalitas 

2. Filosofi tokoh filsafat pendidikan idealisme

a. Plato

Plato ini merupakan seorang pria yang salah satu dari keluarga Aristokrasi pada tahun 427 SM. Aliran idealisme dalam pengetahuan berpendapat bahwasanya pengetahuan tidak dapat diperoleh melalui panca indera karena dunia itu Maya atau menyamping dari dunia kenyataan. Hal ini juga dikemukakan oleh Plato bahwasanya kita itu tidak dapat memiliki pengetahuan sejati kalau kita melihatnya dari segala sesuatu yang dapat berubah.

Menurutnya jika kita memiliki pengetahuan sejati apabila kita dapat memahami dari akal apa yang dipahami oleh akal. Yaitu secara universal juga dipahami orang lain. 

Contohnya dalam ilmu matematika yang perkalian bahwa jika orang ditanya tentang perkalian maka jawabannya akan sama tetapi berbeda dengan ketika orang ditanya warna pelangi apa yang paling bagus maka hampir setiap jawabannya pasti berbeda karena setiap panca indera menghasilkan bentuk karya seni sendiri yang menurutnya bagus. Jadi, panca indera tidak bisa dipercaya dalam aliran ini.

Plato juga mengemukakan dalam tujuan pendidikan bahwa pendidikan itu harus membentuk watak dan karakter siswa, bagaimana caranya menjadi kreatif dan produktif melalui ide-idenya maka dari itu siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan potensi dan guru menjadi agen of control dimana ia membimbing dan mengarahkan siswa ke arah yang progresif. 

Metode yang digunakan Plato ada 2 yaitu metode untuk tingkatan dasar dan metode untuk tingkatan atas. Metode yang tingkatan dasar itu bisa menggunakan metode bermain atau player, dimana siswa itu diharapkan mampu berkreativitas dengan ide-idenya bagaimana caranya bermain peran. Metode ini dapat digunakan pada tingkatan TK, paud dll. 

Sedangkan metode untuk tingkatan atas yang metode deartika yaitu metode dimana siswa berpikir kritis dalam memecahkan sebuah masalah, dia dituntut menjadi publik solving agar diharapkan dapat mengembangkan sebuah ide menjadi konsep dasar yang lebih universal.

Plato juga berpendapat bahwa rasio itu nyata dan yang nyata itu rasio. Hal ini maksudnya adalah bahwa segala yang dipikirkan manusia itu selalu bersentuhan dengan yang terlihat yang selalu berubah-ubah.

b. Al-Ghazali

Dia merupakan tokoh tokoh sentral dikalangan muslim, bahkan ia diberi gelar hujatul Islam. Ia berasal dari kota khurasan. Dan diantara karya-karyanya yang berjudul idea Ulumuddin dan tafi Al falasyifa. Pada buku yang ke 2 inilah Al-Ghazali menolak 20 pendapat filosofi muslim tentang berbagai pendapat atau perdebatan. Beberapa pendapat filosofi adalah sebagai berikut:

1. Filosof materialistis (al- dhariyyun)

2. Filosof naturalis atau deistis(thabi'iyun)

3. Filosof teis (al- illahiyun)

Alasannya karena:

tentang pendapat-pendapat mereka dalam tiga hal yakni :

1. Qadimnya alam

2. Tuhan tidak mengetahui terhadap hal-hal yang kecil (juziyyat)

3.Pengingkaran terhadap kebangikitan jasmani.

Baca juga: Filsafat Kant 

Terhadap hal yang kedua ini banyak filosof yang sepakat tentang pendapat tersebut, tetapi Al-Ghazali sangat menentang. Alasan para filosof tentang hal ini adalah bahwa yang baru ini dengan segala peristiwanya selalu berubah, sedangkan ilmu selalu mengikuti apa yang diketahui. Dengan perkataan lain, perubahan perkara yang diketahui menyebabkan perubahan ilmu. 

Kalau ilmu itu berubah, yaitu dari tahu menjadi tidak tahu/sebaliknya, berarti Tuhan mengalami perubahan, sedangkan perubahan pada zat Tuhan tidak mungkin terjadi (mustahil).

Contohnya dalam ada beberapa tokoh muslim dan filosof yang bertentangan dengan al ghazali ini, nah persepektif mereka itu berbeda dengan alghazali. jadi ibnu rusyd, ibnu sina dan al farabi itu menganut pemahaman seperti aristoteles yang menganggap bahwa alam itu azali dan itu menurt al ghazali melenceng dari yang sudah seharusnya. Kana menurtnya alghazali tidak ada keharusan logika untuk menyimpulkan alam itu tidak bermula.

Pada titik ini, al ghazali meletakkan moral agama sebagai pengetahuan tertinggi dan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari2, begitu juga dalam dunia pendidikan.

Oleh karena itu kreatifitas dan inovatif menjadi sangat penting dalam setiap perubahan dalam dunia pendidikan. Kreatif itu daya cipta, sedangkan inovasi daya pengembangan. Disinilah tugas seorang pendidik memunculkan kedua daya dari dalam anak didiknya, baik melalui pengetahuan, keterampilan, pelatihan dan penelitian. Namun semua itu tidak bisa lepas dari kaidah2 moral dalam pandangan Kant dan akhlak dalam pandangan al-ghazali.

c. David june

Dia adalah tokoh sentral aliran empiris yang berkembang di Eropa, dan dia juga berhasil di Inggris tempat dimana ia berasal. Pada zaman pencerahan David hune dianggap sebagai tokoh yang membawa empiririsme pada puncak kematangan yang berimplikasi pada skeptisisme. Skeptisisme ini adalah paham yang mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan kebenaran. 

Sikap skeptisisme dalam dunia pendidikan yang dimaksud adalah bukannya tidak ada tetapi lebih kepada rasa ragu dan ingin menggali lebih dalam sebuah ilmu pengetahuan. karena kembali lagi tidak ada sesuatu yang pasti di dunia ini begitu pula dengan ilmu pengetahuan. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa skeptisisme adalah sikap seseorang yang selalu menanyakan atau meragukan sesuatu atau meragukan objek tertentu, walaupun ia tau bahwa sesuatu tersebut telah ia ketahui dan Nyata, baik ciri maupun eksistensinya.

Contohnya seperti ini dari sikap ini terhadap pendidikan ialah ketika kita dalam laboratorium nih kita mau nyiptain hand sanitaizer. kita gabisa langsung yakin bahwa yang kita ciptakan itu 100% berhasil tapi kita harus berulang kali mencoba nya sampai mendapat kepastian bahwa apa yang kita ciptakan itu ga berbahaya untuk orang.

d. Immanuel Kant

Dia merupakan tokoh filosofi filsafat yang lahir pada tahun 1.724 dan meninggal pada tahun 1.804 saat berusia 79 tahun. Beliau berasal dari keluarga pengrajin yang sederhana. Dia juga merupakan  salah seorang tokoh pencerahan menurutnya semua pengetahuan itu mulai dari pengalaman namun semua itu tidak dari pengalaman karena objek luar ditangkap oleh indera tetapi rasio yang mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut.

Baca juga: Menjadi Manusia Tangguh dengan Filsafat Teras

e. George W.F hegel

Dia adalah filosofi Jerman yang idealis dan ia lahir pada tahun 1.770 dan meninggal pada tahun 1.831 saat berusia 60 tahun. Dia dikenal sebagai filosof yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Menurut hegel yang mutlak adalah rol yang mengungkapkan  diri didalam alam dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri. 

Hakikat rol adalah ide dan pikiran dan pernyataan dari hegel ini yang terkenal adalah semuanya yang real dan bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat real. Maksudnya adalah luasnya rasio sama luasnya dengan realitas. 

Jadi, pada intinya pengetahuan tidak diperoleh dari pengalaman inderawi saja melainkan dari konsepsi dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa dan implikasi dari tokoh-tokoh filsafat pendidikan idealisme yaitu sebagai tujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar serta kebaikan sosial.

Menurut hegel, moralitas tertinggi di semesta ini moralitas pemikiran yang menjelma menjadi ucapan dan tindakan. Contoh sederhananya, di era millenial ini, untuk melihat moral seseorang bisa dilihat dari berbagai ujaran di medsos dan lain sebagainya, karena itu penjelmaan moral pemikiran dalam bentuk ucapan. Sedangkan kesantunan adalah jelmaan dari tindakan.

Oleh karena itu, sebagai murid dan pendidik harus menjaga moral dengan baik, karena itu adalah pangkal dari kebarokahan ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun