1. Qadimnya alam
2. Tuhan tidak mengetahui terhadap hal-hal yang kecil (juziyyat)
3.Pengingkaran terhadap kebangikitan jasmani.
Baca juga: Filsafat KantÂ
Terhadap hal yang kedua ini banyak filosof yang sepakat tentang pendapat tersebut, tetapi Al-Ghazali sangat menentang. Alasan para filosof tentang hal ini adalah bahwa yang baru ini dengan segala peristiwanya selalu berubah, sedangkan ilmu selalu mengikuti apa yang diketahui. Dengan perkataan lain, perubahan perkara yang diketahui menyebabkan perubahan ilmu.Â
Kalau ilmu itu berubah, yaitu dari tahu menjadi tidak tahu/sebaliknya, berarti Tuhan mengalami perubahan, sedangkan perubahan pada zat Tuhan tidak mungkin terjadi (mustahil).
Contohnya dalam ada beberapa tokoh muslim dan filosof yang bertentangan dengan al ghazali ini, nah persepektif mereka itu berbeda dengan alghazali. jadi ibnu rusyd, ibnu sina dan al farabi itu menganut pemahaman seperti aristoteles yang menganggap bahwa alam itu azali dan itu menurt al ghazali melenceng dari yang sudah seharusnya. Kana menurtnya alghazali tidak ada keharusan logika untuk menyimpulkan alam itu tidak bermula.
Pada titik ini, al ghazali meletakkan moral agama sebagai pengetahuan tertinggi dan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari2, begitu juga dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu kreatifitas dan inovatif menjadi sangat penting dalam setiap perubahan dalam dunia pendidikan. Kreatif itu daya cipta, sedangkan inovasi daya pengembangan. Disinilah tugas seorang pendidik memunculkan kedua daya dari dalam anak didiknya, baik melalui pengetahuan, keterampilan, pelatihan dan penelitian. Namun semua itu tidak bisa lepas dari kaidah2 moral dalam pandangan Kant dan akhlak dalam pandangan al-ghazali.
c. David june
Dia adalah tokoh sentral aliran empiris yang berkembang di Eropa, dan dia juga berhasil di Inggris tempat dimana ia berasal. Pada zaman pencerahan David hune dianggap sebagai tokoh yang membawa empiririsme pada puncak kematangan yang berimplikasi pada skeptisisme. Skeptisisme ini adalah paham yang mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan kebenaran.Â