Misalnya, masalah hukum adat yang mempengaruhi segi kehidupan ekonomi masyarakat atau nelayan tradisional. Ritzer juga mengungkapkan bahwa, metode yang dapat digunakan dalam bedahan teori system adalah metode kuisioner. Metode ini tergolong dalam jenis penelitian kuantitatif. Itulah sebabnya para sosiologi, bila menerapkan teori sistem, maka penelitiannya kebanyakan menggunakan pendekatan kuantitatif.
4. Teori Birokrasi
Secara bahasa, birokrasi berasal dari kata "bureau" yang berarti meja dan "cratein" yang berarti kekuasaan, dalam Bahasa Inggris birokrasi disebut Bureaucracy. Dengan demikian Bureaucracy dapat diartikan sebagai kekuasaan yang berada pada orang-orang yang di belakang meja. Secara istilah, menurut Tjokroamidjojo, mengatakan bahwa birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Pada teori Birokrasi yang dicetuskan oleh Max Weber.
Weber, dalam analisanya tentang birokrasi, mengemukakan beberapa bentuk wewenang di dalam hubungan kekuasaan. Wewenang yang dimaksud adalah wewenang tradisional yang didasarkan atas tradisi, wewenang karismatik yang didasarkan pada ciri kepribadian pemimpin, dan wewenang rasional yang didasarkan pada prinsip "the right man on right place" (orang yang tepat di tempat yang tepat).
5. Struktural Fungsionalisme
Struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi tentang sudut pandang yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubugan. Ciri pokok perspektif ini adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat. Masyarakat sangat serupa dengan organisme biologis, karena mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat melangsungkan keberadaannya atau setidaknya berfungsi dengan baik.
Pada konteks ini menurut Parsons bahwa sistem harus dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi ini memunculkan apa yang disebut sebagai kesepakatan atau konsensus. Konsensus inilah yang menjadi kunci stabilitas sebuah sistem, dan ketika antar sistem tidak mampu menghasilkan sebuah konsensus, maka yang terjadi adalah konflik yang dapat menyebabkan perubahan social.
Menyikapi Konflik Sosial Pendidikan
Konflik sosial mengacu pada sebuah bentuk interaksi sosial yang bersifat antara
dua orang/kelompok atau lebih, di mana masing-masing pihak berusaha untuk saling
mengalahkan atau bahkan meniadakan pihak lainnya. Dengan demikian sebuah interaksi sosial dapat menjadi sebuah kerjasama atau konflik, secara teoritis dapat diprediksi dari apakah kontak dan komunikasi sosial antara kedua pihak yang berinteraksi tersebut bersifat positif atau negatif. Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial antar individu dan kelompok yang beraneka, konflik sosial adalah salah satu hakekat alamiah dari interaksi sosial itu sendiri.Â