Diharapkan dengan keberadaan masjid ini tentu akan ada banyak kebaikan yang didapatkan. Selain itu di sekitar masjid juga ada hal yang unik yakni ada kolam air mengelilingi masjid ini.Â
Dahulu kolam air ini digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk ke dalam masjid dan hal ini juga membuatnya menjadi zona biru yang ada di kawasan masjid.
Untuk saat ini kolam airnya masih ada namun sudah tidak digunakan untuk mencuci kaki karena sudah ada tempat berwudhu dan juga pada kolam terdapat beberapa ikan yang asyik berenang ke sana - ke sini. Â
Setelahnya kami berjalan ke arah selatan masjid yakni ke arah sendang, namun sebelumnya kami menyempatkan berhenti di depan makam raja-raja Mataram Kotagede.Â
Di sini mas Santos kembali menjelaskan perihal sejarah yang ada terkait asal-usul Kotagede dan beberapa fakta di antaranya yang belum pernah saya dengar sebelumnya.Â
Dulu Kotagede adalah sebuah alas atau hutan mentaok yang kemudian dibabat dan dijadikan sebagai Kotagede. Maka pohon mentaok sendiri berkaitan erat dengan sejarah Kotagede.
Kotagede adalah suatu kota tersendiri yang bahkan ada  jauh sebelum Yogyakarta berdiri. Seperti kota pada umumnya, Kotagede juga memiliki kantor, pasar, alun-alun dan masjid yang melengkapi kebutuhannya.
Namun untuk saat ini alun-alun Kotagede sudah tidak ada karena pesatnya pertumbuhan masyarakat dan bangunan di wilayah ini.
Sampai saat ini makam raja Mataram masih dirawat dengan baik oleh abdi dalem dari Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta, mengingat beberapa pendahulunya dimakamkan di sini.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Sendang Seliran, terdapat dua sendang di sini yakni Sendang Selirang Kakung (pemandian pria) dan Sendang Seliran Estri (pemandian wanita). Sendang ini sampai saat ini masih memiliki mata air yang terus mengalir dan belum pernah kering bahkan saat di musim kemarau.Â
Air pada dalam sendang nampak segar sekali dan saat ini terdapat ikan lele yang besar sekali, mas Santos sempat berkata mungkin ikan lele ini lebih tua dari kita mengingat besar ukurannya hihihi.