Adapun syarat-syarat shalat adalah mensucikan semua anggota tubuh dari segala macam kotoran atau najis, menutupi aurat dengan pakaian yang auci, dilakukan di tempat suci, mengetahui masuknya waktu shalat, dan menghadap kiblat.
Di samping syarat-syarat di atas, ada juga yang disebut dengan istilah rukun. Kitab-kitab fikih banyak menjelaskan perbedaan antara syarat dengan rukun. Syarat adalah yang menentukan bagi sah atau tidaknya shalat. Bila syarat-syarat di atas dipenuhi, shalat bisa dilaksanakan secara sah.Â
Akan tetapi, adanya syarat-syarat tersebut tidak secara otomatis menunjukkan adanya shalat. Karena bisa jadi seseorang menggunakan syarat tersebut untuk kebutuhan ibadah yang lain.
Inilah bedanya syarat dengan rukun. Dalam hukum islam, rukun didefinisikan sebagai hal yang menentukan bagi ada dan tidaknya sesuatu. Bila rukun-rukun yang ada dipenuhi maka sebuah ibadah berarti dilaksanakan. Bila tidak, berarti ibadah tersebut tidak dilaksanakan.
Adapun rukun-rukun shalat sebagaimana berikut : niat, berdiri ( bagi yang mampu ), takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah, ruku', thumakninah, berdiri dari ruku', i'tidal, sujud, thumakninah, duduk diantara dua sujud, thumakninah, duduk diantara dua sujud, thumakninah, duduk di raka'at terakhir, membaca syahadat dalam duduk yang terakhir, membaca shalawat dalam duduk yang terakhir, dan membaca salam yang pertama.
Kebutuhan untuk melakukan shalat.
Kenapa harus melakukan shalat?
Pernyataan ini kerap kali hadir dalam kehidupan banyak orang yang semakin terpesona oleh keindahan dunia, terutama bagi mereka yang hidup di kota-kota besar. Di mana di satu sisi mereka sangat disibukkan oleh pelbagai urusan dan kewajiban untuk memenuhi segala kebutuhan yang ada. Dan, di sisi lain mereka kerap beranggapan bahwa shalat tidak melahirkan apa pun, bagi kehidupan mereka ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya.
Secara sosial contohnya, shalat kerap tidak memberikan dampak apa pun bagi mereka yang melakukannya. Mereka tetap miskin, melarat, kesusahan, dan lain sebagainya. Bahkan, mereka yang melakukan shalat pun tidak secara otomatis menjadi orang baik nan bijak.Â
Buktinya, mereka yang kerap melakukan aksi kekerasan adalah mereka yang rajin melakukan shalat. Bahkan mereka yang korupsi, makan uang rakyat dan menyalahgunakan jabatan, juga tidak jarang adalah orang-orang yang melakukan shalat.
Dalam situasi seperti ini, pertanyaan seperti di atas kerap kali hadir. Memang tidak selalu dalam bentuk kata-kata ataupun pertanyaan. Karena tidak jarang merwka mengekspresikan pertanyaan di atas dengan cara bermalas-malasan untuk melakukan shalat, bahkan mungkin tidak melakukannya.