Mohon tunggu...
Harini Rahmi
Harini Rahmi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life is a process to transfer our values to others. Make ourself meaningfull anytime anywhere for all people

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Karena DIA [tak] SEMPURNA

21 Juli 2012   13:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:44 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai you.....

Kamukah yang akan menikah esok hari? Atau pasca lebaran nanti? mmmmm atau kau yang akan memasuki mahligai rumah tangga tahun ini? Saya yakin betapa bahagiamu tak terbilang kali ini menunggu saat yang kuyakin takkan terlupakan seumur hidupmu. Inilah sebuah fase kehidupan yang aku yakin telah sejak lama ingin kau jejaki.

Namun tunggu dulu,

Sebelum janur kuning itu menghiasi resepsi pernikahanmu,

Sebelum janji suci itu kau ucapkan,

Sebelum komitmen itu kau nodai dengan perangaimu, atau bisa jadi kata cerai darimu,

Sisihkanlah waktumu sejenak kawan,

tuk menarik benang merah berikut ini

* * * * *

Beberapa saat menjelang penyelenggaraan akad nikah di sebuah rumah yang sederhana yang disesaki oleh banyaknya tamu yang datang, seorang ayah memanggil calon menantu yang hendak menikah dengan putrinya beberapa menit ke depan. Sang ayah mengajak calon menantunya ke pojok ruangan dan memberikan sebuah wejangan sederhana tentang bagaimana agar pernikahan calon menantunya dengan putri tercintanya berjalan langgeng dan bahagia.

Calon menantunya yang sedari tadi cukup tegang merapal bacaan akad nikah yang sebentar lagi harus diutarakannya di depan Calon Mertua dan para undangan menatap teduh calon Mertuanya.Ada sedikit tanya di hatinya yang mencoba menerka apa gerangan maksud calon mertuanya itu memanggilnya. Di tengah ribuan tanda tanya, tiba-tiba tanya yang tak sempat tersampaikan itu terjawab sudah.

“Kamu mungkin sangat mencintai putri saya”, ujar calon mertuanya sebagai kalimat pengantar. “Ya Ayah, karena itulah makanya saya menikahinya putri anda”, spontan sang pemuda merespon pernyataan calon ayah mertuanya dengan kalimat yang dia yakin sangat pas di hati sang calon mertua. Pemuda itu menatap calon mertuanya dengan gagah.

“Dan kamu mungkin berpikir dialah wanita paling hebat di dunia”, sambung sang ayah.

“Dia begitu sempurna dalam segala hal”, ujar sang pemuda dengan wajah berseri dan intonasi yang sangat optimis.

“Itulah yang kamu rasakan sewaktu baru menikah”, ujar sang ayah datar.

Pemuda itu mencoba untuk melontarkan seribu kalimat lagi tuk meyakinkan sang ayah, namun sayang calon mertuanya itu segera  mendekatkan telunjuk kanannya di bibirnya sendiri sebagai isyarat untuk menyuruh si pemuda itu untuk tak dulu berbicara. Perlahan dan pasti, ayah segera melanjutkan kalimatnya yang tadi belum tuntas.

“Kau bisa jadi termat sangat mencintai putriku hari ini, esok, atau mungkin setahun kemudian. Kau akan senantiasa memuji dan mensyukuri setiap kesempurnaan yang dia miliki.  Namun setelah beberapa tahun, kamu akan mulai melihat kekurangan-kekurangan putri saya. Kamu akan melihat dan berhadapan dengannya setiap saat bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Kekurangan fisik dan kemampuannyapun akan kian banyak muncul ke permukaan. Hal-hal yang tak tampak akan jadi jelas setelah kalian tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama. Lebihnya akan tak berarti tatkala kau sadari kurangnya ternyata jauh lebih banyak".

"Saat kamu mulai menyadari hal tersebut, saya ingin kamu mengingat satu pesan saya, “Jika putri saya tidak punya kekurangan-kekurangan itu,mungkin dia sudah menikah dengan pria lain yang jauh lebih baik daripada kamu calon menantuku”.

Sang Pemuda terpekur sebentar dan tiba-tiba ada setitik air mata yang  menyirami hatinya dengan sangat sempurna. Sang pemuda merangkul erat calon mertuanya dan berkata, “Terima kasih ayah, nasehatmu sungguh sederhana, namun sangat berarti bagiku. Aku berjanji akan mengingatnya dan aku akan memperlakukan putrimu yang tidak sempurna dengan kesempurnaanku”.
* * * * *

Karena kau bukanlah orang yang sempurna,

Karena kau punya segudang kekurangan,

Maka belajarlah kawan untuk mencintai dia, pasanganmu

atas setiap kekurangannya bukan karena lebihnya.

Bukankah pertemuan min dengan min akan menghasilkan something POSITIF?

Kau = nothing

Pasangannmu = zero

Kalian [you and her/him] = SOMETHING

---------------------

Cerita ini disadur dari salah satu buku yang saya baca beberapa tahun yang lalu [saya sudah lupa judul bukunya] namun sari ceritanya masih terngiang di benak dan sanubarisaya. Semoga nasehat sang ayah ini bisa menginspirasi kita semua. Cintailah orang-orang yang ada di sekeliling kita dengan kesempurnaan cinta kita, karena dia ada di samping kita dan memilih kita sebagai bagian dari hidupnya karena satu keyakinan : DIA TAK SEMPURNA, DAN YAKIN KESEMPURNAAN CINTA KITA AKAN MEMBERIKAN DAMAI DAN BAHAGIA BAGINYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun