Esensi nasionalisme harus ditanamkan sejak dini, terutama di usia muda dalam pendidikan Islam dalam semangat Hubbul Wathon Minal iman dan juga sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, baik melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kementerian Agama (Kemenag). Itulah sifat nasionalisme, cinta Tanah air dan semangat keimanan Hubbul Wathon Minal harus dikokohkan secara mendalam dalam lembaga pendidikan resmi. Demikian itu tidak lebih untuk membuatan generasi bangsa yang nasionalis, religius, majemuk dan toleran.
Nasionalisme adalah wujud cinta dan kesetiaan Yang tertinggi bagi nusa dan bangsa adalah modal dasar dalam pembentukan negara dan karakter bangsa. Nasionalisme merupakan dasar pembentukan negara dan hakikat bangsa yang menghargai pluralisme dan kemanusiaan serta membela hak Hak Asasi Manusia (Murod 2011). Itulah konsep nasionalisme disebut nasionalisme positif, bukan nasionalisme picik.Â
Cinta tanah air adalah ajaran yang sangat Islami pada dasarnya sejajar dengan cinta agama. Dari dulu kemudian kita bisa melihat ulama, kiai dan guru membaca Alquran dengan sangat baik tegas menentang kolonialisme Belanda sampai mereka merealisasikan Fatwa melarang memakai jas dan dasi karena menyamai penjajah.
Dari sudut pandang ini, kita bisa memahaminya bahwa KH Hasyim Asyari menerbitkan "Resolusi Jihad pada tahun 1945" untuk mempertahankan kemerdekaan dari colonial Belanda. Cinta Tanah air ini yang bisa membuat umat Islam lebih fleksibel pada kearifan lokal sehingga saling bahu-membahu bangsa lain dalam mendirikan negara kesatuan Republik Indonesia.
Ada beberapa hubungan sepadan antara Islam dan Pancasila yang harus diterapkan dalam pendidikan Islam baik di MI, MTS, MA maupun perguruan tinggi seperti STAIN, IAIN, UIN.
Dalam pasal 3 perpres No 87 tahun 2017 disebutkan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan Pendidikan Karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab (setkab 2017, 4).Â
Itulah sebabnya, wajib bagi lembaga Pendidikan Islam menanamkan sifat atau karakter nasionalisme yang melekat bagi para pelajar, baik dari standar kompetensi, keterampilan dasar atau dalam mata pelajaran yang di tuangkan dalam tujuan pembelajaran. Hal ini menjadi mendasar, karena di era milenial ini "Nasionalisme" seakan-akan menjadi komoditas mahal di Indonesia. Karena interaksi dengan pemeluk agama lain selalu dicurigai dan toleransi dianggap berkorelasi, plural dianggap sebagai kafir dan lain-lain.
Ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat yang dangkal tentang substansi agama. Padahal, itu adalah salah satu wujud dari nasionalisme dan substansi agama yang sebenar-benarnya karena itu adalah rahmat bagi seluruh alam dan makhluk. Semua lembaga pendidikan Islam harus memperkuat karakter cinta tanah air, semangat nasionalisme yang selaras dengan semangatnya Hubbul Wathon Minal Iman. Â
Berikut ini adalah contoh lain dari sikap menumbuhkan semangat hubbul wathon minal iman/rasa cinta tanah air :
1. Bangga menggunakan produk asli Indonesia. Bangga menggunakan produk dari negeri sendiri adalah salah satu cara untuk menunjukkan kecintaan kita pada Indonesia. Jangan salah, produk asli buatan Indonesia tidak kalah bagus dan kualitasnya lebih tinggi dari buatan luar negeri. Bahkan, beberapa produk seperti tas, sepatu, dan baju telah berhasil dipasarkan ke luar negeri. Mereka bangga menggunakan produk buatan Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia, kita harus ikut berkontribusi dalam kemajuan perekonomian dengan menghargai produk buatan dalam negeri sendiri.Â
2. Menjaga serta merawat lingkungan sekitar. Indonesia kaya akan keindahan alamnya. Tak jarang para turis berkunjung ke Indonesia hanya untuk menikmati indahnya kekayaan alam yang tersimpan di dalam negeri. Meski terlihat sepele, nyatanya kebersihan lingkungan masih sangat sulit, apalagi bagi masyarakat pada umumnya. Sederhananya, jangan membuang sampah sembarangan. Melestarikan dan merawat lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Namun, masyarakat juga harus bekerja sama untuk melindunginya.Â