Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pelarian-Pelarian [Part 3]

4 Januari 2025   15:20 Diperbarui: 4 Januari 2025   15:20 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah di tengah hutan yang berebut (pexels.com/@fidan-nazim-qizi)

Tidak akan ada yang merasa nyaman dan tenang ketika harus pergi jauh akibat dikejar-kejar penagih utang. Senyaman apa pun tempat pelarian tetap tidak bisa memulihkan beban mental. Kami ke sini membawa seabrek masalah hidup, malah diperkeruh oleh kejadian-kejadian aneh.

Keadaan makin sulit karena Ayah yang tidak bisa diajak sejalan, sejak tinggal di sini aku dan Mama makin mengkhawatirkan banyak hal. Aku tidak berani jujur pada Ayah, kalau keputusan menerima Tawaran Om Tama bisa dibilang pilihan yang salah.

Aku yakin Om Tama memang bermaksud baik, soal hal-hal tak biasa yang terjadi itu di luar kendalinya. Ia tidak memberi batas waktu sebetahnya kami saja, tapi kami juga tidak bisa seenaknya minta dijemput sekalipun sudah tidak betah. Kenyataannya walaupun baru sebentar, aku memang tidak betah. 

Tiap waktu aku dihantui ketakutan dan kekhawatiran, magrib di hari kedua kami tiba-tiba digegerkan oleh bau busuk disusul bau pandan yang sangat menyengat. Mama yang sensitif terhadap bau sampai mual-mual. Sembari gemetaran aku dan Ayah berusaha menyisir seisi rumah dan halaman berbekal lampu minyak dan senter ponsel yang dayanya masih tersisa. Anehnya sumber bebauan itu tidak kunjung ditemukan, aku dan Ayah sangat kelimpungan mencarinya.

"Kata orang-orang kalau mendadak ada bau-bau aneh yang tidak jelas sumbernya, pertanda ada mahkluk halus." Aku refleks menutup mulut keceplosan berucap demikian di dekat Ayah.

Ia menoleh ke arahku memberi tatapan peringatan. "Mulai deh kamu ini!" sungutnya.

Aku menelan ludah, kesekian kalinya bikin Ayah kesal ia tak suka mendengar ceritaku yang mengungkit hal-hal metafisik. Semakin malam bau-bau itu sirna dengan sendirinya. Karena kondisi mual Mama cukup parah kami sampai melewatkan makan malam. Setelah Mama membaik Ayah menyuruhku tidur lebih dulu, tetapi aku sulit terlelap sebab rumah terasa mencekam dan pengap.

Tiap kali diserang kantuk aku langsung terjaga kembali, mimpi teriakan minta tolong dan sekelebat bayangan sosok misterius itu datang lagi. Kupikir itu memang bukan sekadar mimpi, ada sesuatu yang tidak beres di sini. Siapa mereka dan kenapa? Dan sosok itu sekilas menyerupai Om Tama. Aku tidak salah mengingat, apakah Om Tama baik-baik saja?

Om Tama masih hidup kenapa di sini seperti bergentayangan. Aku berusaha mengenyahkan pikiran negatif, barangkali itu jin yang menyerupai Om Tama, aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak. Meskipun begitu, otakku terasa buntu menggali jawaban dari semua rasa penasaran dari misteri yang dialami akhir-akhir ini.

Dan entah yang ke berapa kali aku kembali terjaga, kali ini karena racauan Mama. Kata Ayah, Mama mendadak demam dan meracau tak jelas. Sesekali ia menjerit dan menangis sambil menunjuk-nunjuk setiap sudut ruangan. Aku panik bukan main, Ayah pun hampir kewalahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun