Hai anak-anak nerd !!!
Malam minggu ini daripada pusing baca modul perkuliahan dari dosen killer yang tebalnya bisa sampai 10 cm, lebih baik baca novel aja ya kan? Novel yang merupakan bagian dari buku fiksi pasti hampir semua anak remaja sampai mahasiswa memilikinya.
Namun, walaupun buku fiksi itu menghibur hingga membuat pembacanya lupa waktu, ternyata buku yang dicintai sejuta umat ini memiliki kekurangannya juga loh! Â Tolong diingat ya teman-teman semua hal di dunia ini pasti ada untung-ruginya, sama halnya dengan buku fiksi. Berikut 5 kerugian membaca buku fiksi yang wajib kalian tahu.
Menghabiskan banyak uang
Ayo siapa di sini yang suka kebablasan kalau ke toko buku? Sudah menjadi rahasia umum kalau harga buku itu relatif mahal sebab rata-rata harganya diatas 50.000 rupiah.Â
Bahkan buku import yang diterjemahkan harganya bisa ratusan ribu rupiah, oleh karena itu pencinta buku fiksi sering dilema, sebab novel bukanlah kebutuhan yang wajib dibeli layaknya modul perkuliahan sehingga kebimbangan mengeluarkan uang yang banyak hanya demi sebuah keinginan sering menjadi momok dikalangan remaja pecinta buku fiksi.
Menghabiskan banyak waktu
Waktu yang dihabiskan untuk membaca buku memang merupakan investasi terbaik bagi diri sendiri, namun jika membaca buku sampai lupa waktu sehingga banyak tugas yang seharusnya diprioritaskan menjadi terbengkelai, itu bukalah hal yang baik.Â
Alangkah lebih bijaknya jika membaca buku fiksi entah itu novel, cerpen, dan teenlit dibacanya saat ada waktu luang atau pada saat weekend, daripada weekend galau gak ada yang ajak jalan ke luar lebih baik baca novel kan guys?
Membuat virus mager (malas gerak ) semakin menjamur
Duduk di sofa empuk ditemani cemilan gurih dan lantunan lagu yang merdu. Pasti menjadi tempat ternyaman bagi pencinta buku disaat "gabut" namun sadarkah kalian dengan berada di zona nyaman terus-menerus tanpa mau mencoba kegiatan lain yang tak kalah berpaedah, akan menciptakan karakter mageran di dalam diri kalian. Aduh, kalau sikap mager ini sudah menjadi karakter maka kalian akan sulit bersosialisasi hingga kehidupan remaja kalian menjadi kurang mengasikkan.
Mendapatkan julukan ansos (anti sosial)
Terlalu sering menghabiskan waktu di perpustakaan, rumah atau bahkan kos-kosan membuat kalian yang sangat mencintai buku fiksi pelahan-lahan mulai dijauhi teman yang lebih suka nongkrong di caf shop.
Hingga julukan anti sosial pun akan melekat di tubuh kalian tanpa kalian sadari. Diingat ya teman-teman kalau segala yang berlebih itu tidak baik termasuk terlalu larut dalam dunia sendiri.
Menjadi lupa dengan dunia nyata
Buku fiksi yang dibuat dengan bermodalkan imajinasi akan membuat pencintanya larut dengan dunia imajinasi yang diciptakannya tersebut sehingga terkadang lupa dengan dunia nyata.Â
Bahkan buku fiksi yang bergenre romance akan membuat pembacanya baper hingga sering senyum-senyum sendiri. Parahnya bagi remaja yang sudah punya pacar, mereka sering membanding-bandingkan tokoh di dalam buku fiksinya tersebut dengan pacarnya sendiri, sehingga konfliks yang tak seharusnya terjadi pun terjadi.
Membaca buku memang penting terlepas dari apapun genre buku tersebut, namun jika terlalu berlebihan hingga membuat kehidupan normal kalian terbengkalai lebih baik dikurangi ya, durasi membaca buku fiksinya. Bijaklah mengelola waktu, uang, hubungan pertemanan, hubungan percintaan dan keluarga agar kehidupan yang harmonis bisa kalian miliki kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H