Mohon tunggu...
Arimbi Bimoseno
Arimbi Bimoseno Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Author: Karma Cepat Datangnya | LOVE FOR LIFE - Menulis dengan Bahasa Kalbu untuk Relaksasi | Website:http://arimbibimoseno.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hati yang Temaram

2 Desember 2011   01:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:56 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

.


kabut tipis

menutupi aura cantikmu

sedu-sedan mengiris sembilu


.


wahai cantik

singkap kabut tipis itu

agar benderang aura magismu


.


wahai lembut

singkap kabut tipis itu

agar selendang sutera pancarkan saktimu


.


kabut tipis

membuat hati temaram

singkap, pendarkan cahaya


.


Sang dara tersenyum tipis di balik jendela. Oleh hasrat pemandangan yang mempesona di luar jendela.

"Bila melihat dari bingkai jendela ini, pemandangan di luar sana demikian indah. Oh, alangkah tak terkatakan indahnya bila aku membuka pintu, sehingga pemandangan yang kutangkap dengan mataku ini menjadi menyeluruh. Dan oh, bagaimana rasanya bila aku menjadi bagian dari pemandangan yang indah itu," batin sang Dara.


Sang dara melangkahkan kaki menuju pintu, memutar gagang kunci, membuka pintu. Ia melewati pintu itu, senyum tipisnya mengembang. Ia berlari riang ke luar rumah yang dicerahi matahari, sehingga segalanya tampak jelas dari bagian terbesar hingga bagian terkecilnya.


"Aku adalah bagian kecil dari alam semesta yang indah ini," bisik sang Dara.


Di bawah sinar mentari, sang dara menari bersama daun-daun hijau yang berkerjap-kerjap kemilauan. Menari dengan gerakan berputar, berputar, berputar. Lentur, lentur, lentur, semakin lama semakin lentur.


.


"Hakikat dan kedudukan manusia bukan pusat, melainkan hanya menjadi bagian kecil saja dari alam semesta yang luas tak bertepi. We are just a part of the mighty whole." (Buku "Kearifan Timur dalam Etos Kerja dan Seni Memimpin" hal. 76)


.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun