Barisan berikutnya diisi bregada (pasukan) pemusik yang sibuk mengiringi langkah kaki Jaka Tingkir dan para prajurit Keraton Surakarta.
Tak ketinggalan sepasang gunungan ketupat dan hasil bumi yang dipikul 8 orang laki-laki menggunakan jodang atau tandu dari kayu bambu.
Sebagai informasi, gunungan adalah susunan hasil bumi seperti kacang panjang, cabai, dan sayuran lainnya yang disusun menyerupai gunung atau tumpeng raksasa.
Sepanjang perjalanan, salah seorang pengawal Jaka Tingkir akan menyebar uang koin yang diambil dari sebuah bokor (mangkok tembaga) berwarna emas.
Gemerincing uang receh itu lantas diserbu anak kecil yang turut mengikuti barisan sembari memungutnya kepingan logam emas bertuliskan 500 an.
Tradisi menyebar uang receh tersebut dimaksudkan sebagai simbol pemberian sedekah dari Raja Keraton Kasunanan kepada rakyatnya.Â
Sementara itu, anak-anak dan masyarakat meyakini, uang receh dalam adat nyebar udik-udik membawa berkah tersendiri bagi yang mau memungutnya.
Usai berjalanan dari pintu masuk sampai tengah area TSTJ sejauh kurang lebih 1,5 kilometer (km), barisan kirab dipecah kedalam dua sisi.
Pasukan sisi kanan yang naik ke panggung adalah tokoh Jaka Tingkir, petinggi Keraton Kasunanan Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta.
Sedangkan sisi kiri panggung adalah para tokoh ulama dan sesepuh yang mendoakan gunungan ketupat.