Mohon tunggu...
Arimbi Haryas Prabawanti
Arimbi Haryas Prabawanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Behind Arimbihp Photo and Craft

Half Photographer, half a Journalist Tempo.co

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Mengintip Proses Produksi Kue Keranjang Mini Menjelang Tahun Baru Imlek

21 Januari 2022   14:49 Diperbarui: 22 Januari 2022   07:55 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surakarta - Kepulan asap dan aroma gula jawa semerbak ketika memasuki dapur milik Ratna Anggraini yang berada di wilayah Sangkrah, Surakarta.

Aroma tersebut bersumber dari beberapa wadah di atas tampah berisi adonan kue yang tersusun rapi dan dibawa beberapa pegawai Ratna.

Saat adonan tersebut sudah jadi dan dikemas rapi, orang-orang menyebutnya kue keranjang atau dalam bahasa Tionghoa disebut Nian Gao.

Sesuai namanya, dalam bahasa China, Nian gao memiliki makna semakin tinggi dari tahun ke tahun. 

Oleh karena itu, adanya kue ini melambangkan peningkatan diri dari tahun ke tahun, baik dalam pekerjaan, bisnis, keluarga dan pendidikan. 

Adapun dalam bahasa Indonesia, makanan khas Imlek tersebut dijuluki kue keranjang lantaran dulunya dibuat menggunakan keranjang yang dilubangi kecil-kecil.

Imlek dan pandemi

Sejak pandemi Covid-19 melanda, beberapa kegiatan keagamaan maupun perayaan dibatasi, termasuk Imlek diberbagai daerah yang biasanya ramai mendadak sepi.

Produksi kue keranjang Ratna yang biasanya mencapai 7 ton setiap Imlek juga mengalami penurunan akibat pandemi bahkan hingga 40 persen.

"Soalnya, kami hanya membuat satu tahun sekali setiap tahun baru Imlek, dan itu menyesuaikan orderan, jadi kalau pesanannya turun, produksi kita juga turun," kata Ratna saat ditemui di dapur pembuatan kue keranjang mini, Rabu (19/1/2022) .

Meski demikian, perempuan berusia 79 tahun itu menuturkan, pada 2021, produksi kue keranjang buatannya mengalami kenaikan permintaan sedikit demi sedikit.

"Ya lumayan, 2021 bisa sampai 5 ton, itu pemasarannya di toko, retail se Solo Raya," ujar Ratna.

Sementara itu, pada 2022, jumlah pesanan yang ia terima sampai 15 hari menjelang tahun baru Imlek mendatang yakni sebesar 2 ton kue keranjang.

Ratna mengaku, walau sempat mengalami jumlah produksi yang fluktuatif, kue keranjang buatannya tetap ada yang memesan karena selalu menggunakan bahan baku tepung ketan gilingan sendiri.

Ratna Anggraini beserta pegawainya sedang melakukan produksi kue keranjang (Dokumentasi pribadi)
Ratna Anggraini beserta pegawainya sedang melakukan produksi kue keranjang (Dokumentasi pribadi)

Tahapan-tahapan pembuatan kue keranjang

Pada kesempatan yang sama, Ratna juga menuturkan, terdapat sekitar 7-8 pegawai yang membantunya mengolah kue keranjang setiap harinya.

Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda, mulai pukul 15.00, ada yang mulai memasak adonan gula pasir dengan api kecil sambil terus diaduk hingga cair dan berwarna coklat di pagi hari.

Kemudian, setelah adonan gula sudah cukup mencair, ada yang bertugas memasukkan air panas secukupnya dan menambah kandaun pandan untuk menambahkan cita rasa khusus dan juga aroma pandan.

Tak sampai di situ saja, setelah selesai membuat larutan gula mereka kemudian mematikan api dan menyaring daun pandan agar tidak ikut dalam adonan.

"Nanti kalau sudah, baru dicampur tepung ketan dan juga tepung tapioka serta garam sedikit saja sambil diaduk-aduk agar tidak menggumpal," lanjut Ratna.

Jika sudah, adonan tersebut kemudian dituang ke dalam wadah yang sudah diberi plastik sebagai pembungkus, diolesi sedikit minyak, lalu di kukus di dalam tungku selama lebih dari 20 jam dengan api sedang.

"Sudah, nanti tunggu hingga matang, setelah matang, letakkan kue keranjang di wadah untuk disimpan," imbuhnya.

Mengingat proses pengukusan dan pembuatannya yang panjang, Ratna yakin, kue produksinya bisa bertahan lama meski tanpa bahan pengawet.

"Bisa sampai berbulan-bulan, tetap aman untuk dimakan," tuturnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun