Mohon tunggu...
Syahril Ramdani
Syahril Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - International Relations Squad

Alien yang sedang mencoba berada di jalur kajian hubungan internasional

Selanjutnya

Tutup

Money

Interdependensi: Joint Venture SM Entertainment dan Trans Media di Industri Hiburan

23 Juli 2020   14:54 Diperbarui: 23 Juli 2020   14:50 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SM Entertainment sebagai perusahaan industri hiburan selalu melakukan penyesuaian dengan permintaan musik dan tren budaya yang sedang marak hingga prediksi tren-tren terus dilakukan, sehingga yang diproduksi oleh SM Entertainment selalu menarik perhatian dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Disisi lain upaya yang dilakukan untuk mengembangkan SM Entertainment dengan mengelola tenaga manusia sebagai sumber daya utama.

Oleh karena itu, kebutuhan ekspansi hingga luar Korea Selatan untuk memperoleh 'pelaku' industri yang terbagi dalam berbagai objek kesenian, seperti penyanyi, penari, pemain drama, dan composer. Objek-objek tersebut memiliki keterikatan satu sama lain dalam membuat sebuah komposisi musik dan visual untuk menggambarkan isi dari musik tersebut yang diharapkan oleh perusahaan ini dapat dipublikasikan ke pasar.

Keberhasilan SM Entertaiment di pasar global terbukti berdasarkan hasil yang diperoleh mencapai 40% penjualan dari total penjualan album mauun tiket konser yang diadakan oleh SM Entertainment oleh masyarakat luar Korea Selatan (So. 2015).  Disisi lain strategi yang dilakukan oleh SM Entertainment untuk melancarkan eskpansi ke negara-negara lain diklasifikasikan menjadi tiga tahap, yaitu:

Pertama, para trainee yang sudah laku di domestik Korea Selaatan dilanjutkan dengan promosi atau debut secara overseas agar laku di pasaran internasional.

Kedua, para trainee yang sudah siap yang memenuhi syarat di tingkat internasional akan di promosi atau debutkan tanpa di domestik Korea Selatan. Ketiga, proses lokalisasi di luar negeri dengan menggaet perusahaan-perusahaan luar negeri dengan tujuan mencari sumber daya baru dengan casting di negara tersebut (So. 2015). 

Upaya ekspansi SM Entertaiment untuk melebarkan sayap untuk memaksimalkan budaya Korea Selatan menjadi kiblat dalam dunia hiburan atau alat soft power untuk kepentingan Korea Selatan. Budaya Korea Selatan menjadi instrumen low politics yang penting dalam merealisasikan kerjasama dengan perusahaan asing, hal ini adalah memanfaatan secara maksimal dari fenomena Halyu. Hal ini terlihat dari slogan yang dipakai oleh SM Entertainment yaitu Culture First, Economy Next (SM Entertainment. 2016).

Fenomena Halyu di Indonedia sudah merebak sejak tahun 2000-an, ditandai dengan minatnya drama-drama produksi korea yang ditanyangkan dibeberapa stasiun televisi swasta Indonesia. Hal ini membuat perusahaan hiburan tersebut melirik Indonesia sebagai pasar yang bisa diajak kerjasama. SM Entertainment menginjak Indonesia dengan menyuguhkan penyanyi-penyanyinya di Indonesia dengan konser pada 2012 yang telah berhasil dan laku dipasaran internasional. Keberhasilan ini ditandai dengan jumlah penonton dengan membeli tiket sebanyak 50.000 orang  (Berita Satu. 2012).

Pada tahun 2018, SM Entertainment bekerjasama dengan Trans Media dengan dihadiri oleh Chairul Tanjung, Lee So Man, Atiek Nur Wayuni, dan Kim Young Min dalam penandatangan kerjasama ini (Tirto. 2018). Kerjasama melalui joint venture ini meliputi empat bidang usaha, yaitu talent management, produksi konten, digital, dan lifestyle (Kompas. 2019). Hal ini akan berdampak pada upaya pendirian perusahaan anak dalam bentuk 'patungan' antara Trans Media dan SM Entertainmen. Anak perusahaan tersebut akan menyeseuaikan dengan 4 bidang usaha-usaha tersebut (Kapanlagi. 2019).

SM Entertaiment melancarkan tiga tahap dalam upaya memproduksi sumber daya yang bisa mencakup seluruh wilayah di arena internasional juga memanfaatkan peluang ini untuk menjadikan Korea Selatan sebagai standarisasi dalam industri hiburan (South Korea Culture Centric) (So. 2015).

Disisi lain, Trans Media memaksimalkan peluang-peluang kebutuhan masyarakat Indonesia yang sudah terpapar Halyu untuk memunculkan tren yang lebih mengandung cita rasa Indonesia dalam peningkatan kualitas industri hiburan di Indonesia, yaitu I-Pop (Kompas. 2018). Hal ini terlihat dari sifat yang dimiliki oleh Chairman CT Corp tersebut dengan Ekonomi Kreatif. Paduan I-Pop dan K-Pop akan menghasilkan paduan Budaya Korea Selatan dan Indonesia (CNBC Indonesia. 2019). Kemudian layanan berupa produksi konten, digital, lifestyle dan talent management akan berdampak baik kepada CT Group selaku tuan rumah yang akan dibangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun