SM Entertainment atau sering disebut dengan SMTown adalah agensi terbesar di Korea Selatan. Perusahaan ini pun masuk kedalam 3 perusahaan hiburan yang menjadi kiblat Korean Wave dibidang permusikan (Donga. 2011). Perusahaan raksasa ini menjadi perusahaan yang berpengaruh di negeri gingseng tersebut dan dikategorikan sebagai jembatan terhadap pengenalan Halyu ke dunia global (Republika. 2013).
Perusahaan ini resmi didirikan oleh pendirinya Lee Soo Man pada tahun 1989 dengan nama SM Studio. Pada tahun Februari 1995, SM Studio berubah nama menjadi SM Enterntainment (Star Museum) dengan dipilihnya Jung Hae Ik sebagai CEO perusahaan ini. Sistem pelatihan (training) yang dilakukan oleh SM Entertainment membuahkan hasil yang baik, terlihat dengan terkenal penyanyi solois dan grupband dibawah naungan agensi seperti BoA, H.O.T, S.E.S, Sinhwa, dan Duo Fly to te Sky. Pada tahun 1998, CEO SM Entertainment dipegang oleh Kim Kyung Wook (Entrepreneur.bisnis. 2018).
SM Entertainment dibawah CEO Kim Young Min pada tahun 2005 mulai melakukan ekspansi di beberapa negara dengan tujuan mendebutkan dan melakukan promosi di luar Korea Selatan. Penyanyi-penyanyi tersebut dipromosikan dibawah naungan SM Entertainment adalah Zhang Lying (2006) sebagai solois keturunan Tiongkok, J-Min (2007) sebagai solois Jepang, Girls' Generation (2007), Shinee (2008 dan f(x) (2009) ke beberapa negara sekitar. Super Junior pun mengeluarkan sub-unit berbahasa mandarin untuk promosi di negeri berbahasa mandarin dengan nama Super Junior-M. BoA (2008) mulai didebutkan di Amerika Serikat dibawah naungan anak perusahaan ini, yaitu SM Entertainment USA, SM Entertainment JAPAN dan SM Entertainment China (SM Entertainment. 2016)
Setelah berkiprah di dunia musik, pada tahun 2010 Lee Soo Man mengundurkan diri sebagai Dewan Direksi perusahaan SM Enterntainment, namun ia tetap turun dalam Divisi Manajemen dan Pengembangan artis dan fokus pada kekuatan bisnis SM diluar negeri(Entrepreneur.bisnis. 2018). Penyanyi-penyanyi baik solois maupun kelompok seperti Super Junior, Girls' Generation, Shinee, f(x), EXO, Red Velvet maupun NCT (SM Entertainment. 2016) menjadi idol yang mengenalkan budaya Korea Selatan ke dunia internasional. Hal ini dibuktikan dengan dianugerahinya Lee Soo Man sebagai President of Culture dan Avenger of K-pop (Medium.com. 2019).
Perusahaan 'patungan' antar agensi-agensi berpengaruh mulai dibangun seperti KMP Holdings, United Asia Manajemen (Asia), perusahaan Media TrueVisions Group atau SM True (Thailand), Travel SMTown (Hawaii), SM C & C, an lainnya. Ekspansi ke negara lainpun terus dilakukan. Pada tahun 2011 untuk pertama kali SM Entertainment joint venture dengan menerbitkan anak perusahaan bernama SM True dengan True of  Thailand (SM Entertainment. 2016). Ekspansi diluar Korea Selatan diantaranya:
- United Asia Manajemen
- SM True (Thailand)
- SM Entertainment Beijing
- SM Entertainment USA
- SM Entertainment China
- SM Entertainment Japan
Trans Media atau PT Trans Media Corpora adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media. PT Trans Media Corpora adalah bagian dari unit usaha PT Trans Corp. Perusahaan ini adalah unit usaha dari induk perusahaan CT Corp. Perusahaan ini didirikan oleh Chairul Tanjung, dengan insial namanya menjadi nama dari perusahaan induk. Sebelum menjadi  CT Corp, perusahaan ini dinamai Para Group. Namun untuk memperingati 30 tahun perusahaan diganti CT Corp (detikFinance. 2011).  Tokoh kunci dalam perjalan perusahaan ini adalah Atiek Nur Wahyuni sebagai direktur utama Trans TV dan Trans 7 & dan Ishadi S.K sebagai Komisaris Trans TV dan Komisaris Trans 7 sejak tahun 2008 (Aryanto. 2017).
Trans Media didirikan sebagai wadah perusahaan yang menghubungkan antara stasiun televisi Trans TV dengan stasiun Trans 7 yang pada tahun 2006 diakuisisi oleh PT Trans Corp dengan saham sebesar 55% dari PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh atau Kelompok Kompas Gramedia dan hingga kini di lokomotori oleh PT Trans Media Corp (CT Corpora. 2011).
Selain itu upaya melebarkan sayap diera digital, PT Trans Media Corp menggaet beberapa perusahaan lain dan menjadi sebuah unit-unit usaha dari PT Trans Media (CT Corpora. 2011), diantaranya:
- PT Televisi Informasi Indonesia (Trans TV)
- PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (Trans7)
- PT Trans News Corpora (CNN Indonesia)
- PT Trans Business Corpora (CNBC Indonesia)
- PT Indonusa Telemedia (Transvision)
SM Entertainment sebagai perusahaan industri hiburan selalu melakukan penyesuaian dengan permintaan musik dan tren budaya yang sedang marak hingga prediksi tren-tren terus dilakukan, sehingga yang diproduksi oleh SM Entertainment selalu menarik perhatian dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Disisi lain upaya yang dilakukan untuk mengembangkan SM Entertainment dengan mengelola tenaga manusia sebagai sumber daya utama.
Oleh karena itu, kebutuhan ekspansi hingga luar Korea Selatan untuk memperoleh 'pelaku' industri yang terbagi dalam berbagai objek kesenian, seperti penyanyi, penari, pemain drama, dan composer. Objek-objek tersebut memiliki keterikatan satu sama lain dalam membuat sebuah komposisi musik dan visual untuk menggambarkan isi dari musik tersebut yang diharapkan oleh perusahaan ini dapat dipublikasikan ke pasar.
Keberhasilan SM Entertaiment di pasar global terbukti berdasarkan hasil yang diperoleh mencapai 40% penjualan dari total penjualan album mauun tiket konser yang diadakan oleh SM Entertainment oleh masyarakat luar Korea Selatan (So. 2015). Â Disisi lain strategi yang dilakukan oleh SM Entertainment untuk melancarkan eskpansi ke negara-negara lain diklasifikasikan menjadi tiga tahap, yaitu:
Pertama, para trainee yang sudah laku di domestik Korea Selaatan dilanjutkan dengan promosi atau debut secara overseas agar laku di pasaran internasional.
Kedua, para trainee yang sudah siap yang memenuhi syarat di tingkat internasional akan di promosi atau debutkan tanpa di domestik Korea Selatan. Ketiga, proses lokalisasi di luar negeri dengan menggaet perusahaan-perusahaan luar negeri dengan tujuan mencari sumber daya baru dengan casting di negara tersebut (So. 2015).Â
Upaya ekspansi SM Entertaiment untuk melebarkan sayap untuk memaksimalkan budaya Korea Selatan menjadi kiblat dalam dunia hiburan atau alat soft power untuk kepentingan Korea Selatan. Budaya Korea Selatan menjadi instrumen low politics yang penting dalam merealisasikan kerjasama dengan perusahaan asing, hal ini adalah memanfaatan secara maksimal dari fenomena Halyu. Hal ini terlihat dari slogan yang dipakai oleh SM Entertainment yaitu Culture First, Economy Next (SM Entertainment. 2016).
Fenomena Halyu di Indonedia sudah merebak sejak tahun 2000-an, ditandai dengan minatnya drama-drama produksi korea yang ditanyangkan dibeberapa stasiun televisi swasta Indonesia. Hal ini membuat perusahaan hiburan tersebut melirik Indonesia sebagai pasar yang bisa diajak kerjasama. SM Entertainment menginjak Indonesia dengan menyuguhkan penyanyi-penyanyinya di Indonesia dengan konser pada 2012 yang telah berhasil dan laku dipasaran internasional. Keberhasilan ini ditandai dengan jumlah penonton dengan membeli tiket sebanyak 50.000 orang  (Berita Satu. 2012).
Pada tahun 2018, SM Entertainment bekerjasama dengan Trans Media dengan dihadiri oleh Chairul Tanjung, Lee So Man, Atiek Nur Wayuni, dan Kim Young Min dalam penandatangan kerjasama ini (Tirto. 2018). Kerjasama melalui joint venture ini meliputi empat bidang usaha, yaitu talent management, produksi konten, digital, dan lifestyle (Kompas. 2019). Hal ini akan berdampak pada upaya pendirian perusahaan anak dalam bentuk 'patungan' antara Trans Media dan SM Entertainmen. Anak perusahaan tersebut akan menyeseuaikan dengan 4 bidang usaha-usaha tersebut (Kapanlagi. 2019).
SM Entertaiment melancarkan tiga tahap dalam upaya memproduksi sumber daya yang bisa mencakup seluruh wilayah di arena internasional juga memanfaatkan peluang ini untuk menjadikan Korea Selatan sebagai standarisasi dalam industri hiburan (South Korea Culture Centric) (So. 2015).
Disisi lain, Trans Media memaksimalkan peluang-peluang kebutuhan masyarakat Indonesia yang sudah terpapar Halyu untuk memunculkan tren yang lebih mengandung cita rasa Indonesia dalam peningkatan kualitas industri hiburan di Indonesia, yaitu I-Pop (Kompas. 2018). Hal ini terlihat dari sifat yang dimiliki oleh Chairman CT Corp tersebut dengan Ekonomi Kreatif. Paduan I-Pop dan K-Pop akan menghasilkan paduan Budaya Korea Selatan dan Indonesia (CNBC Indonesia. 2019). Kemudian layanan berupa produksi konten, digital, lifestyle dan talent management akan berdampak baik kepada CT Group selaku tuan rumah yang akan dibangun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H