Jalanan yang becek, tidak mengenal musim hujan atau kemarau membuat ketidaknyamanan siapapun yang bertandang ke kampung kumuh itu. Bau asin dan amis ikan yang dijemur nelayan, begitu menyengat sehingga membuat tidak betah bagi siapapun yang lewat.
Rumah yang berderet rapat dengan fasilitas sanitasi ala kadarnya, membuat suasana pengap sepanjang hari hari. Laut yang harusnya bersih dan berwarna biru, berubah menjadi warna keruh karena kotor sampah yang dibuang sembarangan oleh warga.
Apa jadinya jika kampung kumuh seluas 23 hektar bersalin rupa menjadi kawasan yang tertata apik ? Semula warga begitu abai membuang sampah bisa dimana saja. Tidak ada pembeda mana kawasan untuk berniaga dan mana kawasan untuk hunian. Semuanya bercampur baur menjadi tidak karuan dan tidak tertata.
Itulah "gambaran Kawasan Rampa Berkah di Desa Rampah, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan sebelum ditata dengan apik memalui Program Kotaku. Sejak pertengahan tahun 2022, Rampa Berkah  bermetamorfosis menjadi pemukiman sehat, berkat penataan kawasan guna peningkatan kualitas hidup warga.
Berkat gagasan Bupati Kotabaru, Sayed Jafar Alydrus yang ingin mengubah "wajah" daerahnya, program Kota Tanpa Kumuh atau Kotaku berkelindan dengan program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Metamorfasa  Rampa Berkah tidak mengubah identitas warga kampung sebagai nelayan. Justru Program Kotaku adalah upaya untuk memberdayakan warga tanpa menghilangkan karakter dan ciri khas kehidupan warga.
Kampung Rampa Berkah kini telah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan Selatan itu. Kawasan pesisir pantai yang semula "busuk" Â disulap menjadi spot wisata yang menarik.
Pemukiman warga Suku Bajau tersebut kini telah dilengkapi dengan jalanan lingkungan yang berbeton, ruang terbuka publik tempat pertunjukan kesenian daerah, instalasi pengolahan air limbah, tempat jemuran ikan serta tempat pengolahan sampah terpadu.
Berkunjung ke Rampa Berkah sekarang ini bukan lagi menyaksikan kekumuhan tetapi lebih kepada upaya memanusiawikan warganya. Berkat kerapihan dan penataan lingkungan, Rampa Berkah bukan lagi semata sebagai kampung nelayan.
Kunjungan wisatawan ke Rampa Berkah membuka peluang bagi warga untuk membuka beragam usaha. Ada warga yang membuka warung makanan dan tempat sekedar minum kopi serta panganan tradisonal.
Camat Pulau Laut Utara, Ahmad Junaedi mengakui kehadiran wisatawan di daerahnya ikut berpengaruh kepada perubahan pola pandang warga Rampa Berkah. Kini warga disadarkan adanya peluang ekonomi yang bisa dimanfaatkan dengan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan pelancong.
Dalam waktu-waktu tertentu, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kotabaru secara rutin menggelar event wisata di Rampa Berkah. Kemahiran meniti seutas tali di atas laut, menjadi atraksi Suku Bajau yang memukau para pengujung selain tarian Tombak Suku Bajau yang dimainkan bocah-bocah Rampa Berkah untuk menyambut tamu.
Bupati Kotabaru Sayed Jafar Alydrus pun tidak hanya berhenti dengan pengembangan pariwisata Rampa Berkah, tetapi terus mengembangkan arahnya ke Pantai Siring Laut yang lokasinya berdekatan.
Proses pembangunan rumah ibadah "terapung" di atas perahu yang didirikan di atas laut akan menjadi keunikan terbaru, selain penataan berkelanjutan kawasan terpadu wisata bahari di Siring Laut.
Ada tekad Sayed Jafar Alydrus yang menjadi pesan pencerah terhadap pengembangan wisata di tanah air. Peningkatan kualitas kehidupan di Rampa Berkah selain mengurangi kekumuhan di lokasi padat penduduk juga mengubah wajah kawasan agar bisa mewujudkan pemukiman perkotaan  yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
"Jika Rampa Berkah akhirnya dilirik bahkan dikagumi pelancong tidak lebih sebagai bonus bagi warga bahwa rezeki penghasilan dari wisata memang harus disyukuri. Kedatangan pelancong adalah pembuka tali silaturahmi yang bisa mendatangkan manfaat. Manfaat itu tidak selalu harus diartikan uang tetapi faktor intangible juga adalah benefit dari pariwisata,"papar Sayed Jafar Alydrus yang memimpin Kotabaru hingga dua periode.
Unitomo Award 2023 untuk Bupati Kotabaru
Dari tangan dingin Sayed Jafar Alydrus, Kotabaru kini memiliki beragam tempat wisata yang menjadi "rujukan" wisatawan dari berbagai penjuru tanah air dan mancanegara. Kawasan Hutan Meranti, Pantai Gedambaan, Air Terjun Tumpang Dua, Bukit Mamake SJA, Goa Lowo, Sarang Tiung, Pantai Teluk Masjid, selain Siring Laut dan Rampa Berkah. Belum lagi wisata religis berupa keberadaan Makam Raja Sigam dan Makam Cantung.
Tidak salah jika Sayed Jafar Alydrus diganjar penghargaan sebagai tokoh penggerak pariwisata daerah dari Universitas Dr. Soetomo, Surabaya karena kegigihannya mengembangkan dan memajukan pariwisara di Kotabaru. Kini Kotabaru dikenal sebagai salah satu kabupaten di tanah air yang sukses mengemas kepariwisataan sebagai daya unggul daerah.
Ketika Ibu Kota Nusantara atau IKN beroperasi kelak maka Kotabaru layak menyandang sebagai daerah penyangga pariwisata IKN. Jarak IKN di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur ke Kotabaru menjadi relatif "dekat" jika pembangunan infrastruktur jalan penghubung rampung.
Belum lagi andai perluasan run way Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam, Kotabaru tuntas di 2024. maka akses menuju Kotabaru akan semakin terbuka. Sekarang ini dengan moda transportasi udara, Kotabaru hanya terhubung dengan Banjarmasin dan Makassar. Dengan diperpanjangnya landas pacu Bandara Gusti Sjamsir Alam maka Kotabaru akan mampu didarati pesawat berbadan lebar.
Kotabaru punya riwayat, Sayed Jafar Alydrus pun punya  jejak prestasi yang dikenang sepanjang masa. Mengubah kawasan perkampungan kumuh menjadi spot wisata sepertinya Kotabaru punya cerita yang layak dikisahkan kepada siapa saja......Rampa Berkah.
*Ari Junaedi adalah akademisi, konsultan komunikasi & kolomnis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H